Menyitir data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), produksi gas bumi Indonesia pada semester I-2024 meningkat sebesar 3,6% secara tahunan menjadi 57 miliar meter kubik (bcm).
Menurut Anggawira, pengembangan SPBG ini pada akhirnya bisa digunakan untuk memanfaatkan gas dari sumber dalam negeri, seperti dari blok migas yang sudah beroperasi, dengan mengalirkan langsung ke SPBG melalui jaringan pipa atau dalam bentuk compressed natural gas (CNG) menggunakan transportasi khusus, sehingga mempercepat proses distribusi gas ke SPBG.
Berdasarkan situs resmi Kementerian ESDM, peresmian terakhir kali dilakukan pada SPBG Kaligawe, Semarang, Jawa Tengah pada 2021.
SPBG itu memiliki kapasitas 1 million standard cubic feet per day (MMSCFD) atau setara dengan 30.000 liter premium per hari (lsp).
Adapun, SPBG Kaligawe telah terhubung dengan sumber gas dari Pipa gas Gresik-Semarang sehingga siap untuk dioperasikan oleh Pertamina melalui salah satu anak usahanya, Subholding Gas PT PGN Tbk.
Pemerintah dengan dana anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) telah membangun 46 unit SPBG sejak 2011 hingga 2016 yang tersebar di beberapa Kabupaten dan Kota di Indonesia yaitu Kota Palembang, Prabumulih, DKI Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang Selatan, Depok, Cilegon, Merak, Serang, Kabupaten Subang, Purwakarta, Cirebon, Indramayu, Semarang, Gresik, Sidoarjo, Surabaya, dan Balikpapan. Sampai 2021, SPBG yang telah beroperasi sebanyak 17 unit.
Dalam catatan Kementerian ESDM, penghematan penggunaan bahan bakar gas (BBG) ini bisa mencapai sekitar 13% dengan asumsi kebutuhan solar untuk satu unit bus sekitar 50 liter per hari dengan harga Rp5.150 per liter. Jika menggunakan BBG biaya per lsp seharga Rp4.500.
(dov/wdh)