Faktor pertama yang menjadi penyebab koreksi harga emas adalah aksi ambil untung alias profit taking. Maklum, harga emas sudah naik lumayan tinggi.
Emas adalah salah satu aset paling bersinar tahun ini. Sepanjang 2024, harga emas sudah naik lebih dari 30%.
Jadi tidak heran investor akan ‘gatal’ untuk mencairkan keuntungan, karena yang didapat memang tidak sedikit. Saat itu terjadi, harga emas tentu akan terkoreksi.
Kedua adalah perkembangan di Timur Tengah. Akhir pekan lalu, Israel melancarkan serangan udara ke Iran. Bahkan ibukota Teheran menjadi sasaran.
Namun serangan itu relatif terbatas. Tidak ada fasilitas minyak atau nuklir yang diserang oleh pasukan Negeri Bintang Daud.
“Serangan Israel yang lebih ke sasaran membuka ruang untuk deeskalasi,” ujar Ewa Manthey, Commodities Strategist di ING Bank NV, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Ketiga adalah penantian investor akan rilis data ekonomi di Amerika Serikat (AS). Pada Kamis (31/10/2024) waktu Indonesia, US Bureau of Economic Analysis akan mengumumkan data inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE). Ini adalah inflasi yang menjadi acuan bank sentral Federal Reserve.
Konsensus pasar memperkirakan laju inflasi PCE inti atau core pada September sebesar 0,2% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 0,1% mtm.
Lalu pada Jumat (1/11/2024) waktu Indonesia, US Bureau of Labor Statistics akan merilis data ketenagakerjaan. Konsensus pasar memperkirakan penciptaan lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll) di Negeri Paman Sam pada Oktober adalah 140.000. Jauh lebih sedikit dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 254.000.
Berbagai rilis data ini bisa mempengaruhi The Fed dalam menentukan kebijakan moneter, khususnya suku bunga acuan. Sejauh ini, pasar masih meyakini bahwa Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan sejawat akan menurunkan suku bunga acuan dalam rapat bulan depan.
Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5-4,75% pada November adalah 96,8%. Naik dibandingkan kemarin yang sebesar 95,1%.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun karena ikut menurunkan opportunity cost.
Namun ini semua masih di atas kertas. Realisasinya akan menunggu rilis data ekonomi pekan ini dan rapat The Fed awal bulan depan. Sebelum itu terjadi, pelaku pasar rasanya memilih untuk wait and see.
(aji)