Logo Bloomberg Technoz

Sektoral saham teknologi, saham infrastruktur, dan saham kesehatan jadi yang terdalam pelemahannya pada hari ini, melemah mencapai 1,48%, 1,33%, dan 0,86% secara masing-masing.

Sementara itu, saham-saham perindustrian, dan saham properti justru menguat dengan kenaikan 0,41%, dan 0,35%,

Sejumlah saham yang menguat tajam dan menjadi top gainers antara lain PT Steady Safe Tbk (SAFE) yang melonjak 24,7%, PT Shield on Service Tbk (SOSS) yang melesat 24,4%, dan PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (SONA) yang melejit 19,5%.

Kemudian saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers di antaranya PT Sunindo Pratama Tbk (SUNI) yang anjlok 23,6% PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) yang jatuh 15,9%, dan PT Trimuda Nuansa Citra Tbk (TNCA) yang ambruk 15,7%.

Sementara indeks saham utama Asia lainnya justru kompak menapaki jalur hijau. Pada penutupan perdagangan Bursa Saham Asia, Nikkei 225 (Tokyo), Topix (Jepang), Shenzhen Comp. (China), KOSPI (Korea Selatan), SENSEX (India), Shanghai Composite (China), PSEI (Filipina), CSI 300 (China), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), dan Hang Seng (Hong Kong), yang dengan kenaikan masing-masing mencapai 1,82%, 1,51%, 1,41%, 1,13%, 0,76%, 0,68%, 0,40%, 0,20%, 0,16%, dan 0,04%.

Sementara itu, hanya tiga indeks yang menemani IHSG di zona merah, yaitu SETI (Thailand), KLCI (Malaysia), dan juga Straits Times (Singapura), yang terpangkas masing-masing 0,71%, 0,48%, dan 0,26%.

Bursa Saham Asia berhasil bergerak lebih baik dari yang terjadi di Bursa Saham Amerika Serikat. Pada perdagangan sebelumnya, tiga indeks utama di Wall Street ditutup bervariasi (mixed).

Dow Jones Industrial Average, dan S&P 500 finish di zona merah dengan melemah 0,61%, dan 0,03% bagi keduanya. Sementara, Nasdaq Composite berhasil finis di zona hijau, dengan menguat 0,56%.

Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari regional terutama Jepang. Koalisi yang berkuasa di Jepang gagal memenangkan suara mayoritas di parlemen, memicu spekulasi bahwa ketidakpastian politik akan mempengaruhi kebijakan kenaikan suku bunga Bank Sentral negara tersebut. 

Tingkat suku bunga yang sangat rendah di Jepang dibandingkan dengan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan negara-negara ekonomi utama lainnya menciptakan kesenjangan yang lebar. Namun demikian, hal ini ini tidak mungkin berubah secara signifikan dalam waktu dekat, dengan Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga kebijakannya tidak berubah pada pertemuan hingga Kamis (31/10/2024).

“Kebijakan BOJ harus tetap akomodatif, bahkan Perdana Menteri Ishiba yang dianggap agresif dalam kebijakan moneter baru-baru ini menyatakan ‘Ini bukan lingkungan yang tepat untuk menaikkan suku bunga’, dan partai-partai lain bahkan lebih menentang pengetatan,” kata Richard Kaye, Manajer Portofolio di Comgest Asset Management, seperti yang diwartakan Bloomberg News.

Dari global, Amerika Serikat akan merilis data inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) Amerika Serikat sebagai petunjuk dan arah suku bunga The Fed pekan depan. 

Probabilitas Federal Funds Rate pada November (Sumber: CME FedWatch)

Inflasi PCE pada September diperkirakan bakal melandai jadi 2,1% year-on-year dibandingkan dengan 2,2% bulan sebelumnya. Namun secara bulanan masih akan ada kenaikan 0,2% dari sebelumnya 0,1%.

Sedangkan inflasi inti PCE, diproyeksikan Analis/ Ekonom akan ada kenaikan 0,3% month-on-month, dan melandai secara tahunan di angka 2,6%.

Inflasi PCE tersebut merupakan acuan yang sering menjadi tolok ukur Federal Reserve dalam menentukan kebijakan moneternya bersamaan dengan laporan data Tenaga Kerja AS.

Ekonom memperkirakan bahwa pembuat kebijakan The Fed akan mengabaikan faktor-faktor sementara ini dan tetap akan memangkas suku bunga acuan sebesar seperempat poin persentase pada pertemuan yang dijadwalkan berlangsung pada 6–7 November.

Mengutip CME FedWatch Tools sore hari ini, probabilitas Bank Sentral Federal Reserve memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) ke 4,50–4,75% dalam rapat November mencapai 96,9% angka tersebut meningkat dari sebelumnya di kisaran 90%.

Kemudian, Federal Funds Rate diperkirakan bisa turun lagi 25 bps ke 4,25–4,50% pada rapat Desember. Peluangnya adalah mencapai 73% juga meningkat dari pekan lalu di angka 64%.

(fad/wep)

No more pages