Di Chapare, Morales mulai aktif dalam serikat petani pada awal 1980-an dan terpilih sebagai sekretaris jenderal kelompok tersebut pada 1985. Tiga tahun kemudian, ia terpilih sebagai sekretaris eksekutif federasi berbagai serikat petani. Pada pertengahan 1990-an, Morales membantu mendirikan partai politik nasional, Movimiento al Socialismo (MAS), sambil menjabat sebagai pemimpin sementara federasi.
Morales memenangkan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (majelis rendah legislatif Bolivia) pada 1997 dan mencalonkan diri sebagai presiden dari MAS pada 2002, meskipun kalah dalam pemilihan tersebut. Ia kembali mencalonkan diri pada 2005 dan berhasil terpilih dengan mudah, meraih 54 persen suara, menjadi presiden pertama Bolivia dari suku asli. Morales juga menjadi presiden pertama sejak 1982 yang memenangkan mayoritas suara nasional, dilantik pada Januari 2006.
Masa Jabatan dan Kontroversi
Setelah menyelesaikan masa jabatan pertamanya, Morales terpilih kembali untuk periode kedua (2009-2014) dan ketiga (2014-2019) dengan mudah. Namun, dalam pemilihan tahun 2019, ia kembali mencalonkan diri dan meraih suara tinggi meski menuai berbagai kontroversi. Pengumuman hasil pemilihan tersebut memicu kekerasan dan tuduhan manipulasi yang meningkat selama beberapa minggu berikutnya, menyebabkan protes dan pemogokan besar-besaran di Bolivia.
Pada 10 November 2019, Organisasi Negara-negara Amerika merilis laporan yang menuduh adanya penyimpangan dalam pemilu dan menyerukan agar pemilihan dibatalkan. Panglima tertinggi angkatan bersenjata Bolivia, Jenderal Williams Kaliman, kemudian meminta Morales untuk mengundurkan diri, yang ia lakukan pada hari yang sama. Morales menegaskan bahwa tidak ada pelanggaran dalam pemilu dan menyatakan dirinya sebagai korban kudeta.
(red)