Logo Bloomberg Technoz

Pada akhirnya, ini berpotensi memberikan dampak rambatan pada ekonomi RI, utamanya peningkatan inflasi impor yang dapat menekan daya beli masyarakat. Untuk mengatasi ini, maka pemerintah perlu memperbesar pemberian subsidi, yang pada akhirnya menyebabkan defisit fiskal melebar.

“Di sisi lain, kebijakan proteksionisme Trump juga berpotensi melemahkan ekonomi global dan permintaan terhadap komoditas ekspor utama Indonesia, seperti batu bara, CPO, dan nikel,” kata Yusuf.

“Ini bisa memperlemah penerimaan devisa, memperburuk defisit transaksi berjalan, dan meningkatkan ketergantungan pada pinjaman luar negeri,” tegasnya.

Jika berbagai risiko tersebut terjadi, maka otoritas moneter yakni Bank Indonesia (BI) harus menaikan suku bunga untuk menarik modal asing demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Namun, kebijakan tersebut diprediksi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi RI.

Pada pemberitaan sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) mengklaim telah menyiapkan strategi untuk menavigasi perubahan geopolitik yang berpotensi terjadi akibat pilpres AS.

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi mengaku akan memanfaatkan instrumen ekonomi dengan basis aset RI untuk menavigasi apabila terjadi perubahan geopolitik akibat pilpres AS.

“Karena misalnya contoh ada konflik. Nah konflik itu harus kita hitung. Apakah akan ada dampaknya di kita? Lewat mana? Seberapa besar nanti proses-nya? Itu ada dalam perhitungan. Sehingga tidak menimbulkan volatilitas di dalam negeri,” ujar Edi ketika ditemui di kantornya.

Edi mengatakan siapapun kandidat calon presiden yang akan menang nanti tidak akan menjadi suatu masalah bagi Indonesia. Ia mengklaim, hubungan antara negara tidak terlalu mementingkan sosok pemimpinnya, melainkan keharmonisan antar dua negara itu.

“Yang jelas bagi Indonesia yang dilihat kan hubungan antar negara. Jadi kita tidak kemudian apakah siapa, ya tetap siapapun yang menang tetap hubungan kita tetap baik,” kata Edi.

Taruhan pelaku pasar akan kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden AS dua pekan lagi dilaporkan semakin besar, yang membuat pamor dolar AS makin menjulang hingga menekan aset emerging market.

Pasar juga disebut  pasar pada kedua tidak mempercayai kandidat presiden AS Kamala Harris maupun Donald Trump yang sepanjang masa kampanye menjanjikan kebijakan belanja yang populis kepada para pemilih.

"Pelaku pasar AS memprediksi kemenangan Harris atau Trump berpotensi meningkatkan defisit fiskal AS di masa mendatang hingga US$3,10-US$3,80 triliun. Dengan kata lain, siapapun yang menang, pasar Treasury akan menjadi pihak yang kalah," kata Lionel Priyadi dan Nanda Rahmawati, tim analis Mega Capital Sekuritas dalam catatannya, Selasa (22/10/2024)

(azr/lav)

No more pages