Logo Bloomberg Technoz

Pelemahan rupiah terseret sentimen regional yang mendadak suram menyusul keterpurukan yen, akibat dinamika politik di negeri itu. Kekalahan koalisi yang dipimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) memperoleh mayoritas di parlemen—pertama kalinya sejak 2009, memicu ketidakpastian ekonomi di Negeri Sakura.

Selain itu, deflasi China telah menyeret kinerja korporasi negeri itu. Mencerminkan kondisi kelesuan Negeri Panda memang parah.

Laba perusahaan-perusahaan China. (Sumber: Bloomberg)

Laba perusahaan industri di China mengalami penurunan yang lebih tajam pada bulan September dibandingkan bulan sebelumnya, seiring dengan tekanan deflasi yang mengurangi kekuatan keuangan perusahaan.

Menurut pernyataan dari Biro Statistik Nasional pada Minggu (27/10/2024), keuntungan industri bulan lalu di perusahaan-perusahaan besar China turun sebesar 27,1% dibandingkan tahun sebelumnya, setelah mengalami penurunan sebesar 17,8% pada bulan Agustus. Secara keseluruhan, keuntungan turun 3,5% dalam sembilan bulan pertama tahun 2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Di sisi lain, peningkatan tensi konflik Israel versus Iran dengan peluncuran serangan pada akhir pekan lalu, telah membuat investor semakin waspada dengan memburu safe haven. Dalam hal ini, dolar AS adalah salah satu favorit.

Di regional Asia, mata uang Jepang yen dan yuan Tiongkok menjadi mata uang jangkar karena posisi penting mereka dalam perdagangan maupun pasar keuangan. Alhasil, ketika terjadi pemburukan keduanya, hampir dipastikan mata uang Asia lain terseret.

Secara teknikal, dalam sepekan perdagangan, selama nilai rupiah bertengger di atas Rp15.700/US$ usai tertekan, maka masih ada potensi untuk lanjut melemah dalam tren jangka pendek (Short-term) rupiah berpotensi melemah ke Rp15.750-Rp15.800/US$.

Sebaliknya, apabila terjadi penguatan hingga Rp15.500/US$ rupiah berpotensi terus menguat ke area Rp15.480/US$ hingga Rp15.450/US$.

Di pasar forward pagi ini, rupiah NDF makin terperosok ke level Rp15.755/US$ di kala indeks dolar AS makin tak terbendung di 104,50.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Senin 28 Oktober 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

Data ekonomi AS

Pekan ini, sejumlah data penting ekonomi akan menjadi perhatian utama pelaku pasar, di tengah ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang sempat melesatkan harga minyak dunia menyusul Israel versus Iran.

Pagi ini, harga minyak dunia berbalik anjlok 5% karena Israel tidak menyasar fasilitas minyak Iran. Penurunan harga minyak melegakan pasar yang dihantui risiko inflasi bila harga energi melonjak tajam di seluruh dunia.

Namun, tidak berarti kewaspadaan investor mengendur. Pekan ini, banyak negara akan melaporkan kondisi pasar tenaga kerja mereka hingga yang paling ditunggu-tunggu adalah jobs report AS.

Laporan Oktober itu akan memberikan konfirmasi pada pasar apakah ekspektasi terkait laju penurunan bunga The Fed perlu direvisi lagi atau melontarkan harapan akan pengguntingan suku bunga pinjaman lebih besar.

Lanskap itu membuat aksi jual terus berlanjut di berbagai aset, baik saham maupun surat utang. Yield Treasury, surat utang AS, terus naik kini sudah di atas 4% di semua tenor. Yield 2Y sudah di 4,13%, sedangkan yield 10Y makin tinggi di 4,27%.

Lonjakan yield Treasury, mempersempit selisih imbal hasil investasi AS dengan Indonesia yang kini posisinya tinggal 248 bps.

Penyempitan itu akan memperpanjang gelombang jual surat utang domestik yang sudah berlangsung sejak pekan lalu, di mana selama periode 21-24 Oktober 2024, asing telah membukukan posisi jual bersih Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp4,53 triliun, seperti dilaporkan oleh Bank Indonesia.

(rui)

No more pages