Selama kuartal 1-2023, Bank Indonesia mencatat nilai aliran modal asing ke pasar domestik mencapai US$4,7 miliar. Lalu pada periode 1-14 April nilainya bertambah US$1,2 miliar. “Jadi, secara keseluruhan mencapai US$5,9 miliar,” jelas Perry Warjiyo, Gubernur BI usai pengumuman BI7DRR, 18 April lalu.
Pada perdagangan pertama setelah libur panjang Lebaran, pemodal asing menyerbu pasar saham dengan catatan nilai beli bersih hampir Rp2 triliun. Di pasar obligasi, yield SUN menurun mengindikasikan ada dorongan pembelian di pasar.
Booming nikel
Reli rupiah juga diperkuat oleh booming kendaraan listrik di dunia mengingat Indonesia tercatat sebagai produser nikel, bahan baku baterai kendaraan listrik, terbesar di dunia.
“Setiap pembuat baterai listrik terbesar di dunia berusaha menjajaki jalan ke Indonesia,” kata Jason Pang, Portfolio Manager JPMorgan Asset Management, seperti dilansir oleh Bloomberg News.
Indonesia menawarkan pada Volkswagen AG untuk berinvestasi di industri kendaraan listrik. Ford Motor Co juga sudah menggenggam saham di salah satu perusahaan nikel di indonesia sementara Tesla Inc tengah dalam proses pembicaraan kemungkinan investasi dengan pemerintah Indonesia.
Bonanza komoditas
Buntut dari booming komoditas telah memberikan tingkat keuntungan hingga 8% bagi para pemegang obligasi rupiah, menurut catatan Bloomberg Index, tingkat tertinggi di kawasan emerging market Asia.
Performa pasar obligasi yang menawan juga memberi dukungan bagi Bank Indonesia menjadi salah satu bank sentral yang pertama-tama melontarkan puncak bunga acuan.
Prospek nilai penerbitan obligasi yang lebih rendah tahun ini menyusul penerimaan pajak yang lebih bagus dibandingkan perkiraan, menjadi alasan lebih bagus untuk mengoleksi obligasi Indonesia. Citigroup memperkirakan Indonesia akan mencatat defisit fiskal sebesar 1,9% pada 2023, di bawah perkiraan pemerintah sebesar 2,84% dari PDB.
Kepemilikan obligasi rupiah oleh JPMorgan sudah melampaui nilai kepemilikan mereka untuk obligasi China, setara dengan 26% dari total portofolio pada akhir Februari. Manajer investasi yang mengelola US$1,57 miliar dana pemodal itu melihat ada peluang penambahan koleksi obligasi rupiah dalam portofolio mereka bila ada penambahan selisih bunga sebesar 50 bps, menurut Pang.
“Dari perspektif pasar obligasi, ada ruang untuk peningkatan eksposur. Jadi, bila Anda harus menempatkan dana hari ini, kemungkinan akan lebih banyak ruang untuk obligasi pemerintah Indonesia dalam dua dan lima tahun,” jelas analis.
- dengan bantuan laporan Tania Chen dan Marcus Wong dari Bloomberg News
(rui)