Logo Bloomberg Technoz

Inflasi PCE pada September diperkirakan bakal melandai jadi 2,1% year-on-year dibandingkan dengan 2,2% bulan sebelumnya. Namun secara bulanan masih akan ada kenaikan 0,2% dari sebelumnya 0,1%.

Sedangkan inflasi inti PCE, diproyeksikan Analis/ Ekonom akan ada kenaikan 0,3% month-on-month, dan melandai secara tahunan di angka 2,6%.

Inflasi PCE tersebut merupakan acuan yang sering menjadi tolok ukur Federal Reserve dalam menentukan kebijakan moneternya bersamaan dengan laporan data Tenaga Kerja AS.

Badan Statistik Negeri Paman Sam akan merilis laporan ketenagakerjaan di Oktober, yang juga terbit di pekan ini sebagai acuan The Fed, menyangkut tingkat rekrutmen tenaga kerja (non-Farm Payroll) dan tingkat pengangguran juga perkembangan upah pekerja.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, laporan pekerjaan yang dijadwalkan dirilis mendatang diperkirakan menunjukkan kenaikan 110.000 dalam penggajian, sekitar setengah dari rata-rata kenaikan tahun ini sebesar 200.000. Mencerminkan pukulan terhadap pasar tenaga kerja akibat dua badai serta mogok kerja di pembuat pesawat Boeing Co. Tingkat pengangguran diperkirakan akan tetap di posisi 4,1%.

Data ketenagakerjaan AS usai diserang dua badai. (Sumber: Bloomberg)

Ekonom memperkirakan bahwa pembuat kebijakan The Fed akan mengabaikan faktor-faktor sementara ini dan tetap akan memangkas suku bunga acuan sebesar seperempat poin persentase pada pertemuan yang dijadwalkan berlangsung pada 6–7 November.

Pada Rabu pekan ini, Pemerintah AS juga akan mengeluarkan perkiraan pertama PDB Kuartal ketiga, dengan estimasi menunjukkan laju tahunan sebesar 3% yang akan menyamai pertumbuhan yang terlihat dalam tiga bulan sebelumnya.

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, data Ekonomi AS terkini memperlihatkan Ekonomi negara tersebut akan tetap tumbuh dengan laju yang solid hingga tutup tahun 2024.

“Perhitungan awal (Flash) data S&P Global Composite PMI AS naik ke level 54,3 di bulan Oktober dari level 54,0 di bulan September, sinyal dari ekspansi aktivitas usaha yang solid di awal 4Q24,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik juga akan mengumumkan tingkat inflasi bulan Oktober pada hari Jumat di pekan ini. Konsensus pasar yang dihelat oleh Bloomberg sejauh ini memperkirakan akan terjadi inflasi 0,03%, memotong serial panjang dalam lima bulan deflasi berturut-turut sejak Mei lalu.

Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, fokus pasar masih tertuju kepada kinerja laporan keuangan 3Q24.

Emiten bank (BMRI dan BRIS) dijadwalkan rilis awal pekan, diikuti ASII dan ADRO, selanjutnya adalah consumer related (ICBP dan KLBF). Secara umum, pekan ini diperkirakan sebagai puncak periode rilis kinerja keuangan.

“IHSG rawan mengalami pelemahan lanjutan hingga kisaran support 7.630-7.650 di Senin (28/10). Support level tersebut juga berhimpitan dengan MA-20. Oleh sebab itu, pergerakan selanjutnya IHSG akan bergantung pada kemampuan IHSG bertahan di atas 7.630 atau tidak,” mengutip riset Phintraco.

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi SMGR, INTP, EXCL dan TLKM.

Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas memaparkan, IHSG mulai mengalami koreksi setelah tertahan di area 7.800, koreksi berpotensi menguji support MA-20 di area 7.621. 

“Waspadai penurunan lebih dalam jika IHSG turun di bawah support 7.454,” papar BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya pada Senin (28/10/2024).

Bersamaan dengan risetnya, BRI Danareksa memberikan rekomendasi saham hari ini, PANI, dan SMGR.

(fad)

No more pages