Penyempitan itu akan memperpanjang gelombang jual surat utang domestik yang sudah berlangsung sejak pekan lalu, di mana selama periode 21-24 Oktober 2024, asing telah membukukan posisi jual bersih Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp4,53 triliun, seperti dilaporkan oleh Bank Indonesia.
Alhasil, tekanan pada rupiah makin besar. Rupiah di pasar forward semakin terperosok nilainya pada penutupan pasar global pekan lalu, untuk NDF-1M ditutup melemah tajam di Rp15.713/US$. Pagi ini, rupiah forward dibuka sedikit kuat, namun setelah itu kembali tergerus ke kisaran Rp15.714/US$.
Sepanjang pekan lalu, rupiah spot sudah tergerus nilainya 1,12% akibat sentimen eksternal yang memicu aksi jual besar di pasar global dan emerging market, dan ditutup di level Rp15.640/US$.
Lanskap di awal pekan ini tidak memberi ruang bagi rupiah untuk bangkit. Terlebih di regional Asia, muncul ketidakpastian baru pada perekonomian Jepang karena kekalahan koalisi yang dipimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) memperoleh mayoritas di parlemen—pertama kalinya sejak 2009.
Situasi politik yang tidak stabil ini kemungkinan akan membebani sentimen investor terhadap aset Jepang, terutama setelah langkah Perdana Menteri Shigeru Ishiba mengadakan pemilu dadakan malah merugikan koalisi tersebut. Dukungan publik untuk LDP merosot setelah skandal penggelapan dana partai yang terungkap tahun lalu, di mana sejumlah anggota partai memperkaya diri secara diam-diam menggunakan dana dari para pendukung.
Pada awal perdagangan pasar Asia, yen tergerus 0,67%. Tekanan yang dialami yen, salah satu mata uang jangkar di Asia, menyeret pelemahan mata uang lain. Ringgit tergerus 0,16%, yuan offshore 0,14% dan dolar Singapura dan dolar Hong Kong tergerus 0,12% dan 0,1%. Sedangkan won Korsel masih naik nilainya 0,10%.
Bank Indonesia kemungkinan akan berjaga lebih waspada mengantisipasi tekanan pada rupiah yang bakal besar hari ini. Bank sentral kemungkinan akan menahan agar rupiah tidak sampai menjebol level psikologis di Rp15.700/US$, mengekor pergerakan di pasar forward.
Data ekonomi penting
Pekan ini, sejumlah data penting ekonomi akan menjadi perhatian utama pelaku pasar, di tengah ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang sempat melesatkan harga minyak dunia menyusul Israel versus Iran.
Pagi ini, harga minyak dunia berbalik anjlok 5% karena Israel tidak menyasar fasilitas minyak Iran. Penurunan harga minyak melegakan pasar yang dihantui risiko inflasi bila harga energi melonjak tajam di seluruh dunia.
Namun, tidak berarti kewaspadaan investor mengendur. Pekan ini, banyak negara akan melaporkan kondisi pasar tenaga kerja mereka hingga yang paling ditunggu-tunggu adalah jobs report AS.
Laporan Oktober itu akan memberikan konfirmasi pada pasar apakah ekspektasi terkait laju penurunan bunga The Fed perlu direvisi lagi atau melontarkan harapan akan pengguntingan suku bunga pinjaman lebih besar.
Sebelum laporan ketenagakerjaan, AS akan merilis data inflasi PCE juga data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2024 annualized. Inflasi PCE pada September diperkirakan sebesar melandai jadi 2,1% year-on-year dibanding 2,2% bulan sebelumnya.
Namun secara bulanan masih naik 0,2% dari tadinya 0,1%. Sedangkan inflasi inti PCE, diperkirakan naik sebesar 0,3% month-on-month dan sedikit landai secara tahunan di 2,6%.
Di luar AS yang menjadi sorotan adalah Bank of Japan yang akan memutuskan kebijakan bunga acuan yang diprediksi menghasilkan vonis ‘hold’, juga perkembangan aktivitas manufaktur Tiongkok.
Sementara dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik akan mengumumkan tingkat inflasi Oktober pada hari terakhir pekan ini. Konsensus pasar yang dihelat oleh Bloomberg sejauh ini memperkirakan akan terjadi inflasi 0,03%, mengakhiri serial lima bulan deflasi beruntun sejak Mei lalu.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi terperosok ke zona merah di area Rp15.650-Rp15.680/US$ dengan level support terkuat rupiah pada Rp15.700/US$ sekaligus sebagai support psikologis.
Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance potensial pada level Rp15.600/US$. Kemudian, target penguatan optimis lanjutan untuk dapat kembali menguat ke level Rp15.550/US$.
Dalam sepekan perdagangan, selama nilai rupiah bertengger di atas Rp15.700/US$ usai tertekan, maka masih ada potensi untuk lanjut melemah dalam tren jangka pendek (Short-term) rupiah berpotensi melemah ke Rp15.750-Rp15.800/US$.
Sebaliknya, apabila terjadi penguatan hingga Rp15.500/US$ rupiah berpotensi terus menguat ke area Rp15.480/US$ hingga Rp15.450/US$.
(rui)