Sekadar catatan, lima bulan terakhir, Indonesia diketahui mengalami deflasi. Deflasi yang berkepanjangan menandakan sinyal kuat tengah terjadi pelemahan belanja masyarakat saat ini.
Sebagian konsumen ditengarai menahan belanja, sedangkan sebagian yang lain mengalami penurunan daya beli karena pendapatan susut atau karena tersedot kenaikan beban cicilan utang.
Tren Pailit Berlanjut
Dengan demikian, Wijayanto turut memproyeksikan tren pailit perusahaan tekstil dan badai PHK akan terus berlanjut pada tahun-tahun mendatang. Adanya persaingan ketat dari produsen asal China juga menjadi tambahan faktor eksternal yang menekan sektor TPT nasional.
"Bukan tidak mungkin tren gulung tikar dan PHK akan terus berlanjut, bahkan berpotensi makin besar. Belum lagi ditambah dengan tekanan dari produsen China yang menjadikan Indonesia sebagai market penting, akibat blockade produk mereka dari Amerika Serikat dan Uni Eropa," tuturnya.
Berdasarkan catatan Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) per 9 September 2024, jumlah korban PHK pada sektor industri TPT di Indonesia hampir mencapai 15.500 pekerja.
Presiden KSPN Ristadi melaporkan PHK tersebut terjadi karena pabrik-pabrik yang tutup, seiring dengan makin banyaknya pelaku industri pertekstilan yang melakukan efisiensi usaha.
"Total sejak awal 2024, ada 15.415 orang korban PHK anggota KSPN," ujar Ristadi kepada Bloomberg Technoz, Kamis (24/10/2024).
Memang, jika mengacu kepada data Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai perkembangan indeks produksi industri manufaktur 2023; industri makanan, industri logam dasar, dan industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia justru menjadi industri utama penopang sektor manufaktur Indonesia.
Jawa barat menjadi penyumbang share terbesar sebanyak 23,18% terhadap industri manufaktur nasional, yang utamanya didukung oleh industri kendaraan bermotor.
Lalu, 13,44% disumbang oleh industri manufaktur di provinsi Jawa Timur dengan dominasi industri makanan. Selanjutnya, Provinsi Banten menyumbang 10,42%, di mana industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia menjadi unggulan.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja sebelumnya menyebut utilitas pabrik di industri TPT Indonesia terus mengalami penurunan, terlebih sejak 2023.
Hal ini terlihat dari turunnya angka utilitas industri TPT mulai dari hulu ke hilir, sehingga menjadi salah satu alasan terjadinya gelombang PHK masal industri TPT.
"Kondisi utilitasnya [rata-rata] sudah di bawah 45%, industri benang kira-kira di kisaran 45%, industri pemintalan 40%, rajut atau knitting sudah 52%, industri finishing 55%, dan industri pakaian jadi di kisaran 58%. Ini yang mengakibatkan banyak PHK pada pabrik tutup di berbagai daerah baik di Jawa Barat maupun di Jawa Tengah," jelas Jemmy dalam paparannya dengan Komisi VII DPR RI, awal Juli.
Sementara itu, relokasi industri TPT yang dilakukan dari Jawa Barat ke Jawa Tengah nyatanya juga tidak banyak menyerap tenaga kerja bagi sektor tersebut.
(prc/wdh)