Logo Bloomberg Technoz

Ekonom Bloomberg Economist Tamara Mast Henderson, menilai, pemulihan ekonomi RI pada kuartal III-2024 terjegal seperti terlihat dari indikator aktivitas ekonomi.

"Meski bank sentral berupaya mengurangi dampak pengetatan moneter terhadap tingkat permintaan domestik, momentum pertumbuhan juga melambat pada kuartal pertama seiring normalisasi belanja pemerintah pasca Pemilu pada Februari lalu," jelas Tamara dalam laporan yang dirilis kemarin.

Ia memprediksi Indonesia akan mencetak pertumbuhan 5% pada kuartal III, dan akan semakin melambat pada kuartal ini dengan pertumbuhan hanya 4,95%. Proyeksi itu di bawah konsensus pasar terakhir.

Aktivitas ekonomi RI melambat (Bloomberg Economics)

Pasar tenaga kerja di Indonesia sejatinya memperlihatkan perbaikan dengan tingkat pengangguran yang sudah turun banyak dari 7,07% pada puncak pandemi tahun 2020 lalu, dan kini ada di 4,82%.

Namun, survei terakhir yang dilansir memperlihatkan, rencana rekrutmen pada kuartal III menunjukkan stagnasi bila tidak bisa disebut penurunan, terutama di sektor manufaktur.

Dampak Trump

Saat ini pasar tengah diliputi kenaikan ketidakpastian jelang makin dekat gelar Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada awal November nanti.

Ketidakpastian itu telah memicu arus modal keluar dari pasar domestik dalam sepekan terakhir, mencapai US$ 191,5 juta. Selama kuartal III, dana asing sudah keluar sedikitnya US$ 518,3 juta quarter-to-date, menurut data Bloomberg.

Hengkangnya asing sulit dilepaskan dari langkah pemodal mengurangi penempatan di aset berisiko. Indeks saham di banyak negara tergerus, mengikut aksi jual di Wall Street. Penyempitan selisih imbal hasil investasi antara RI dan AS, menyusul lonjakan yield Treasury -surat utang AS- jadi 4,26% tertinggi sejak Juli, berimbas pada penjualan surat utang RI hingga menekan rupiah.

Pangkal kekhawatiran adalah seputar Pilpres AS dan prospek kondisi fiskal negara berukuran ekonomi terbesar di dunia itu. Dengan kini jarak probabilitas kemenangan antara Donald Trump dan Kamala Harris makin tipis, pasar mewaspadai lonjakan defisit fiskal AS karena program yang diusung dua kandidat sama-sama berpotensi melesatkan nilai belanja anggaran. Alhasil, potensi inflasi pun ikut meningkat.

Khusus Trump, kemenangannya akan membuat aset emerging market akan semakin suram. "Terpilihnya lagi Trump menjadi risiko bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan prospek rupiah, menyusul rencana kebijakan tarifnya. Kami prediksi, kebijakan itu [pengenaan tarif sebesar] 60% pada barang impor dari China dan 10% pada barang impor dari negara-negara lain, bisa mengikis 0,6 poin persentase dari pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Lloyd Chan, Strategist MUFG Bank, dilansir dari Bloomberg.

Dengan restriksi perdagangan makin ketat, ditambah kondisi ekonomi China yang masih lesu, dan posisi Tiongkok sebagai mitra dagang utama RI untuk pasar ekspor, akan menjadi kombinasi yang buruk ketika aktivitas perdagangan dunia terhambat berbagai halangan kebijakan tarif.

Dana Moneter Internasional (IMF) telah melansir prediksi baru pertumbuhan ekonomi global tahun depan. IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan untuk 2025 dan memperingatkan tentang percepatan risiko, mulai dari perang hingga proteksionisme perdagangan. Meskipun demikian, lembaga ini memuji bank sentral karena berhasil menanggulangi inflasi tanpa memicu resesi di negara-negara.

Produksi global diperkirakan akan tumbuh 3,2%, turun 0,1 poin persentase dari perkiraan bulan Juli, seperti yang diungkapkan dalam pembaruan Prospek Ekonomi Dunia yang dirilis pada Selasa (22/10/2024). Proyeksi untuk tahun ini tetap tidak berubah pada 3,2%, sementara inflasi diperkirakan melambat menjadi 4,3% tahun depan dari 5,8% pada tahun 2024.

-- update infografis.

(rui/aji)

No more pages