Srinivasan menambahkan, China harus mengalokasikan sekitar 5% dari produk domestik bruto (PDB) untuk menstabilkan krisis properti. Itu akan berjumlah sekitar 6,3 triliun yuan (US$885 miliar), menurut perhitungan Bloomberg berdasarkan angka tahun lalu.
Meskipun Srinivasan tidak memberikan kerangka waktu, IMF awal tahun ini menyarankan agar pengeluaran tersebut dibelanjakan selama empat tahun.
Para investor dan ekonom sangat menantikan rincian lebih lanjut mengenai rencana China untuk membantu ekonomi negara yang sedang melambat.
Menteri Keuangan Lan Fo'an awal bulan ini berjanji untuk mengizinkan pemerintah daerah menggunakan obligasi khusus untuk membeli rumah-rumah yang tidak terjual, tetapi tidak menyebut harga yang harus dibayar untuk program tersebut.
Beberapa hari sebelumnya, pemerintah mengumumkan pemotongan suku bunga hipotek dan memangkas uang muka minimum untuk pembelian rumah kedua. Menurut bank sentral, sekitar 50 juta rumah tangga diperkirakan akan menghemat 150 miliar yuan biaya hipotek setelah inisiatif tersebut.
Krisis real estat telah menguras sekitar US$18 triliun dari kekayaan rumah tangga, mendorong China ke dalam deflasi beruntun terpanjang sejak 1999. Data bulan ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi melambat ke level terlemah dalam enam kuartal.
Ketika ditanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk deflator PDB — indikator umum harga-harga dalam perekonomian — untuk berubah positif, Srinivasan mengatakan, "hanya waktu yang bisa menjawabnya."
"Ini semua adalah pertanyaan tentang bagaimana Anda mengatasi masalah yang mendasarinya, yaitu permintaan domestik yang sangat lemah," katanya.
(bbn)