Sementara pada jangka menengah-panjang, Ade menilai perbankan dapat melancarkan kredit ke korporasi-korporasi besar dengan harapan lapangan pekerjaan dapat terbuka lebih besar, hingga gaji yang diterima masyarakat lebih besar.
“Ini peran perbankan mendorong agar industri kita bisa tumbuh berkembang menyerap tenaga kerja lebih banyak, membayar gaji lebih baik,” tegasnya.
Sedangkan Senior Executive Vice President (SEVP) Bisnis Digital Bank BTN, Thomas Wahyudi menyatakan, perbankan dapat berupaya mendorong kelas menengah agar tidak terus terdegradasi.
Beberapa upaya menghadirkan skema pembiayaan yang menarik seperti Kredit Pembiayaan Rumah (KPR) dalam jangka lebih panjang, hingga KPR yang angsurannya dapat disesuaikan dengan gaji debitur, dapat dilakukan perbankan untuk membantu mengatasi fenomena penurunan daya beli,
“Upaya-upaya yang harus kita dorong agar motor penggerak yang ditengah ini tidak stuck, bagaimanapun ini yang membuat ekonomi tumbuh,” kata Thomas.
Adapun, Bank Indonesia (BI) melaporkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada kuartal III-2024. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) terpantau turun, menandakan perlambatan situasi dunia usaha.
SBT pada kuartal III-202 tercatat 14,4%. Lebih rendah ketimbang kuartal sebelumnya yang mencapai 17,2%. Pencapaian kuartal III-2024 juga menjadi yang terendah sepanjang tahun ini.
"Kinerja seluruh Lapangan Usaha (LU) terindikasi tumbuh positif dengan peningkatan terutama bersumber dari LU Pertambangan dan Penggalian, LU Konstruksi, serta LU Informasi dan Komunikasi sejalan dengan berlanjutnya aktivitas proyek bangunan dan permintaan yang terjaga," dalam laporan BI.
Kelesuan industri manufaktur tersebut juga tercermin dengan keputusan pailit salah satu raksasa perusahaan tekstil dalam negeri PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex. Keputusan Sritex pailit termaktub dalam hasil putusan Pengadilan Negeri Semarang atas perkara nomor 2/Pdt.Sus- Homologasi/2024/PN Niaga Smg, dikutip Kamis (24/10/2024).
(azr/lav)