Meskipun optimis dapat mencapai target pendapatan tahunan, Hyundai mengakui bahwa risiko geopolitik yang meningkat, persaingan yang ketat, dan ketidakpastian kebijakan global menekan profitabilitas jangka pendeknya. "Lingkungan bisnis kuartal keempat tidak terlihat terlalu menguntungkan, jadi kami harus berupaya keras untuk meningkatkan pengiriman ritel dan grosir," kata Lee Seung Jo, kepala keuangan Hyundai, dalam panggilan konferensi dengan investor. "Tetap saja, kami telah berjanji untuk mempertahankan margin laba operasi di kisaran 8%-9%. Kami yakin dapat mempertahankan target itu ke depannya."
Margin operasi Hyundai pada kuartal ketiga tercatat 8,3%.
Penjualan luar negeri menurun selama kuartal ketiga, tetapi permintaan kuat untuk SUV, mobil hybrid, dan merek mewah Genesis membantu menjaga harga jual rata-rata lebih tinggi. Saham Hyundai turun hingga 5,4% dalam perdagangan di Seoul setelah pengumuman ini. Pada kuartal ketiga, saham perusahaan turun lebih dari 17%, penurunan kuartalan pertama dalam setahun.
Pengiriman grosir Hyundai selama kuartal ketiga mencapai lebih dari 1 juta unit, turun 3,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Di Amerika Utara, penjualan unit naik 9,3%, sementara di Eropa turun 9,5%. Penurunan terbesar terjadi di China, dengan penurunan 61%, dan di India sebesar 5,7%.
Dalam acara investor tahunan bulan Agustus, Hyundai mengumumkan rencana untuk menggandakan produksi mobil hybrid, sambil mempertahankan target penjualan EV tahunan sebesar 2 juta unit pada 2030. Selain itu, perusahaan juga meluncurkan program pembelian kembali saham senilai 4 triliun won untuk meningkatkan return bagi investor.
Awal pekan ini, Hyundai menyelesaikan pencatatan saham unit India-nya, yang menjadi penawaran umum perdana (IPO) terbesar di India pada tahun ini. Perusahaan menjual 17,5% saham di unit tersebut, memanfaatkan tren kuat penjualan saham di pasar India yang tengah bergairah.
(bbn)