Logo Bloomberg Technoz

Sekadar catatan, Sritex secara grup  mencatatkan jumlah karyawan tetap sebanyak 11.249 karyawan per akhir Maret 2024. Angka ini turun 20% dari periode sama tahun sebelumnya sebanyak 14.138 karyawan.

“Saya mendapatkan informasi total utangnya Sritex Group itu kurang lebih sekitar Rp25 triliunan. Kemudian aset yang ada kurang lebih sekitar Rp15 triliunan. Artinya, kan itu ada tekor Rp10 triliunan. Ini akan mengancam hak pesangon daripada karyawan Sritex,” ujar Ristadi kepada Bloomberg Technoz, Kamis (24/10/2024).

Ristadi tidak menutup kemungkinan Sritex bakal membayarkan pesangon karyawan, tetapi angkanya berpotensi di bawah dari yang seharusnya diberikan. 

Seperti diketahui, Sritex kini resmi dinyatakan pailit sebagaimana tertuang dalam hasil putusan Pengadilan Negeri Semarang atas perkara nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg.

Berdasarkan laporan keuangan unaudited Sritex dan entitas anaknya, total defisiensi modal adalah US$980,55 juta (atau setara Rp15,27 triliun asumsi kurs saat ini) per 30 Juni 2024. Sekadar catatan, defisiensi modal adalah kondisi di mana kewajiban perusahaan melebihi asetnya.

Masalah Upah

Berkaitan dengan hal tersebut, Said Iqbal membenarkan  bahwa Sritex memang diketahui gagal membayar kewajiban keuangannya dan memilih untuk menutup sebagian perusahaannya secara bertahap.

Meski bukan permasalahan kenaikan upah, tetapi menurutnya, jika saja upah pekerjannya dinaikkan, maka daya beli Sritex akan meningkat dan justru hal ini dapat membantu perekenomiaan perusahaan.

"Giliran susah teriak, giliran untung enggak dikasih. Jadi dia [Sritex] rescheduling terhadap upahnya, gagal bayar, sehingga terjadi penutupan perusahaan. Rencananya puluhan ribu, tetapi bertahap katanya."

"Coba kalau upah itu dinaikkan. Daya beli naik. Daya beli naik, suruh aja karyawannya beli produk Sritex. Itu akan membantu. Itu yang dilakukan di Jepang. Jepang ketika krisis ekonomi, menaikkan upah termasuk Brasil. [..] Tujuannya supaya buruh-buruhnya bisa membeli barang-barang produksi dalam negeri," tegasnya.

Untuk diketahui, pada periode akhir Maret 2024, atau sepanjang kuartal-I 2024, Sritex diketahui membukukan kinerja keuangan negatifnya melanjutkan tren sepanjang 2023.

Rugi bersih Sritex tercatat sebesar US$14,79 juta (setara Rp242,4 miliar  dengan kurs saat itu Rp16.389/US$), bengkak 32,90% secara year on year (yoy) dari sebelumnya US$9,25 juta (setara Rp167,6 miliar).

Menyitir laporan keuangannya, Jumat (28/6/2024), penjualan neto Sritex juga menurun hampir 10% menjadi US$78,37 juta (Rp1,28 triliun) dari sebelumnya, US$86,91 juta (Rp1,42 triliun).

Secara terperinci, penjualan tersebut berasal dari ekspor yang sebesar US$36,72 juta yang terdiri dari ekspor benang US$21,84 juta, pakaian jadi US$13,54 juta, dan kain jadi sebesar US$1,33 juta.

Sementara itu, penjualan lokal tercatat sebesar US$41,65 juta yang berasal dari penjualan kain jadi sebesar US$17,68 juta, benang US$17,44 juta, kain mentah US$3,33 juta, dan pakaian jadi US$3,19 juta.

Meski penjualan turun, beban pokok penjualan Sritex masih membengkak 5,655 menjadi US$87,21 juta dari sebelumnya, US$82,54 juta.

Kemudian, Sritex melaporkan defisit dan defisiensi modal hingga 31 Maret 2024 dan 31 Desember 2023 masing-masing sebesar US$1,17 miliar dan US$1,16 miliar.

(prc/wdh)

No more pages