Bloomberg Technoz, Jakarta - Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) makin anjlok dan lanjut menetap di zona merah pada perdagangan Kamis (24/10/2024). Harga saham saat ini tercatat menjadi yang paling anjlok dalam sejak Desember 2009, atau mencapai 15 tahun.
Saham UNVR ambles 7,73% ke harga Rp2.150/saham. Dalam setengah hari perdagangan, pergerakan saham Unilever bergerak pada rentang Rp2.330/saham hingga mencapai terendahnya Rp2.100/saham.

Dengan kapitalisasi pasar saat ini tersisa hanya Rp82,02 triliun. Terpangkas sejak awal tahun yang kala itu sempat mencapai Rp134,68 triliun.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia saham UNVR ditransaksikan sebanyak 12.701 kali yang didominasi oleh aksi jual yang amat masif dengan volume sebesar 56,88 juta saham, dan nilai transaksinya mencapai Rp123,10 miliar.
Saham UNVR juga sudah terkoreksi mencapai 13,65% dalam tiga bulan ini. Adapun sejak awal tahun saham Unilever Indonesia drop hingga 39,09%.
Salah satu sebab anjloknya saham UNVR yang begitu masif ialah efek langsung dari cerminan fundamental dan sentimen yang negatif di pasar terhadap Perusahaan.
UNVR mencatatkan kinerja yang jauh di bawah ekspektasi dari proyeksi analis dan juga konsensus pasar. Adapun di sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2024, di mana penjualan Unilever drop mencapai 10,1% yoy menjadi Rp27,4 triliun.
Anjloknya kinerja UNVR ditengarai akibat kampanye pemboikotan produk hasil dari eskalasi geopolitik terkait konflik Israel-Palestina yang semakin dipertegas oleh Fatwa MUI.
“Dampak boikot yang berkepanjangan dan daya beli yang lemah telah menyebabkan pelanggan beralih ke produk lain,” terang Analis RHB Sekuritas, Vanessa Karmajaya dalam riset terbarunya, Rabu.
Berdasarkan laporan keuangan, UNVR hanya mampu membukukan laba bersih Rp3 triliun hingga Kuartal III-2024. Anjlok mencapai 28,15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang kala itu berhasil mencapai Rp4,18 triliun.
Atas dasar fundamental dan boikot produk, penjualan di dalam negeri (Indonesia) anjlok mencapai 9,9% yoy menjadi tersisa Rp26,63 triliun, amat terasa dampak negatif dari susutnya pangsa pasar.
Tak hanya sampai di situ, penjualan ekspor juga tercatat ambles 17,5% yoy menjadi Rp787 miliar dari sebelumnya yang berhasil mencapai Rp951,8 miliar.
Dengan itu, Vanessa masih mempertahankan rating Neutral pada saham UNVR. Ia menurunkan target harga menjadi Rp2.170/saham dari sebelumnya mencapai Rp2.500/saham.
“Kami tidak melihat peningkatan yang signifikan dalam waktu dekat, imbas dari persaingan yang semakin ketat dan perubahan preferensi konsumen,” tulisnya.
Sentimen negatif ini berefek juga pada penurunan pangsa pasar karena preferensi konsumen yang berkembang untuk kebutuhan produk yang lebih spesifik, downtrading, dan sentimen boikot.
“Sementara UNVR telah menerapkan beberapa inisiatif, Perusahaan bakal mengurangi tingkat stok di saluran utama mencapai setengahnya, atau 50% dibandingkan di tahun 2021, jelang tutup tahun 2024. Inisiatif destocking ini merupakan kelanjutan dari upayanya yang dimulai sejak 2023,” paparnya.
UNVR juga sedang dalam proses menyelaraskan harga di seluruh saluran dan menerapkan inisiatif pengendalian biaya yang lebih kuat, yaitu otomatisasi dari/dan di pabriknya.
(fad/hps)