Logo Bloomberg Technoz

Dia pun menyarankan agar pemerintah mempertahankan kebijakan B35 atau B40 untuk sementara waktu, sambil meningkatkan produksi CPO melalui intensifikasi lahan, peremajaan tanaman, dan pemanfaatan lahan terdegradasi.

"Akan tetapi, intinya tingkatkan dahulu produksi, kemudian lewat peningkatan produktivitas, dan juga peningkatan percepatan program peremajaan. Itu saya kira yang harus kita lakukan untuk bisa menyeimbangkan nanti kalau misalnya akan ada policy sampai ke B50," ungkapnya. 

Dihubungi secara terpisah, ekonom dari UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat juga memperingatkan bahwa stok CPO untuk pangan bisa berisiko defisit jika alokasi besar-besaran dialihkan untuk program biodiesel.

"Secara keseluruhan, pemangkasan ekspor CPO untuk B50 dapat memberikan keuntungan jangka panjang dalam kemandirian energi, tetapi berpotensi menghadirkan tantangan serius bagi industri sawit dalam negeri dan daya saing global."

"Fleksibilitas kebijakan dan peningkatan produksi melalui replanting serta intensifikasi lahan menjadi kunci keberhasilan kebijakan ini," jelas Achmad.

Konsumsi solar vs. biodiesel di Indonesia./dok. BMI

Dijalankan Hati-hati

Terkait dengan hal tersebut, Kementerian Pertanian—seperti disampaikan Muhammad Fauzan Ridha, Ketua Tim Kerja Pemasaran Internasional Ditjen Perkebunan — menegaskan bahwa pemerintah akan melaksanakan program B50 dengan penuh kehati-hatian dan kajian komprehensif. 

Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa kepentingan petani dan sektor pangan tetap terjaga.

Fauzan menjelaskan kajian tersebut mencakup berbagai aspek, seperti kebutuhan CPO untuk pangan, oleokimia, dan biodiesel.

Pemerintah juga mengidentifikasi kebutuhan domestik, khususnya untuk minyak goreng, seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Program domestic market obligation (DMO) akan tetap menjadi prioritas untuk menjaga kestabilan pasokan dalam negeri.

"Saya optimistis ke depan, dengan pemerintahan baru sekarang, mencari cara utama, cara khusus untuk meningkatkan produksi dan produktivitas kelapa sawit kita. Dan pada posisinya tidak akan ada persaingan ke depan pada akhirnya. Kami mengharapkan [pasokan CPO] antara food dan non-food tetap kita berjalan beriringan untuk kesesuaian dan penyesuaian yang ke depan," tuturnya.

(prc/wdh)

No more pages