Logo Bloomberg Technoz

Sebagai antisipasi akan ketidakpastian yang makin tinggi di pasar saat ini, terutama terkait risiko yang menyertai kondisi fiskal AS ke depan, Menyusul kekhawatiran akan prospek kebijakan bunga acuan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Di pasar Treasury, level imbal hasil Treasury di semua tenor saat ini sudah ada di atas 4%. Bahkan UST-10Y sempat menyentuh 4,26% yang merupakan level tertinggi sejak Juli lalu. Saham-saham di Wall Street juga ikut dilepas menambah tekanan investor yang semakin menuntut premi lebih tinggi untuk mempertahankan kepemilikan surat utang.

Pasar surat utang AS tenor 10 tahun melambung menuju lebih terkuat di 2023.

“Banyak yang khawatir mengenai pasar obligasi saat ini,” kata Suhail Shaikh, Kepala Investasi di Fulcrum Asset Management, seperti yang diwartakan Bloomberg News.

“The Fed telah dinilai terlalu agresif di pasar dalam hal penurunan suku bunga dibandingkan dengan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh perekonomian.”

Harga swap mencerminkan kurang dari 100% kepastian Bank Sentral akan kembali memangkas suku bunga acuan pada masing-masing dari dua pertemuan kebijakan tersisa di 2024. Pasar obligasi juga memangkas taruhan pada tingkat penurunan suku bunga The Fed selama tahun depan.

Trader akan mendapatkan kejelasan lebih lanjut di minggu depan mengenai seberapa besar kemungkinan para pejabat akan melonggarkan kebijakan tersebut, dengan dirilisnya pembacaan pasar tenaga kerja untuk data Oktober.

Adapun kenaikan imbal hasil (Yield) obligasi Pemerintah AS membuat aset-aset berisiko seperti saham kehilangan pesona.

“Di luar faktor ada kejutan besar, saya optimistis bahwa kami bisa melakukan siklus pelonggaran moneter. Namun saya rasa akan dibutuhkan pendekatan yang hati-hati dan bertahap,” tegas Jeffrey Schmid, Gubernur The Fed Kansas City dalam sebuah acara di Kansas City, seperti disebutkan Bloomberg News.

Penurunan indeks saham dan lonjakan Yield ini terjadi di tengah semakin besarnya keraguan di mana Federal Reserve akan terus memangkas suku bunga acuan secara agresif atau bahkan justru mempertahankan suku bunga acuan di bulan November nanti.

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, ekspektasi mengenai satu lagi pemangkasan suku bunga sebesar 50 bps pada pertemuan Federal Reserve bulan depan semakin mengecil setelah data Ekonomi AS terbaru memperlihatkan Ekonomi AS dan pasar tenaga kerja AS berada dalam kondisi sehat.

“Sejumlah pejabat tinggi Federal Reserve telah mengatakan bahwa meskipun mereka mendukung pemangkasan suku bunga lebih lanjut, mereka tidak ingin melakukannya dengan terlalu cepat,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, Nasdaq ambles 1,60% memimpin pelemahan Wall Street pada perdagangan semalam. Pelemahan tersebut bersamaan dengan kenaikan U.S. 10-year Treasury Yield ke 4,25% di Rabu.

Kenaikan ini dipicu oleh keraguan pelaku pasar terhadap peluang pemangkasan suku bunga acuan The Fed sebanyak 2 kali (masing-masing 25 bps) di November dan Desember 2024.

Proyeksi suku bunga acuan The Fed. (Sumber: Bloomberg)

“Keraguan terhadap The Fed masih menekan pasar, IHSG diperkirakan kembali sideways dengan kecenderungan melemah pada rentang 7.750–7.800 di Kamis,” mengutip riset Phintraco.

Dalam risetnya, IHSG bergerak sesuai perkiraan dengan tertahan di bawah resistance area 7.800-7.830 di Rabu kemarin. Bersamaan dengan pergerakan ini, penyempitan negative slope pada MACD berlanjut.

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi JPFA, MAIN, CPIN, SMDR, dan SMGR

Yang juga jadi perhatian pasar, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperkirakan pertumbuhan Indonesia pada 2025 dan 2029. saat pemerintahan baru Presiden Prabowo Subianto, akan menguat di level 5,1%.

Angka itu mencatat kenaikan dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2023 dan proyeksi pertumbuhan PDB pada 2024 sebelumnya yang masing-masing sebesar 5%.

"Proyeksi IMF didasarkan pada anggaran terbaru, dengan ekstrapolasi menggunakan PDB nominal yang diproyeksikan dan komponen-komponennya sebagaimana diperlukan," demikian tertulis dalam laporan IMF bertajuk World Economic Outlook 2024: Policy Pivot, Rising Threats yang terbit Rabu (23/10/2024).

Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas memaparkan, IHSG kembali menguat setelah menembus resisten MA-20, trend masih Bullish dan masih berpotensi melanjutkan penguatan ke resisten berikutnya di 7.810 dan 7.910.

“Support sementara di 7.619,” papar BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya pada Kamis (24/10/2024).

Bersamaan dengan risetnya, BRI Danareksa memberikan rekomendasi saham hari ini, BSDE, dan UNVR.

(fad)

No more pages