Logo Bloomberg Technoz

Dana Asing Hengkang Rp7,63 T, Volatilitas Pasar Masih akan Tinggi

Ruisa Khoiriyah
24 October 2024 08:42

Pekerja merapihkan uang dolar AS di salah satu gerai penukaran uang di ITC Kuningan, Jakarta, Rabu (17/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pekerja merapihkan uang dolar AS di salah satu gerai penukaran uang di ITC Kuningan, Jakarta, Rabu (17/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Volatilitas pasar keuangan di pekan-pekan terakhir Oktober masih akan tinggi, menuntut para pelaku pasar modal untuk lebih berhati-hati.

Semakin dekat gelar Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS), kekhawatiran akan 'bom waktu utang' negeri berukuran ekonomi terbesar di dunia itu makin meningkat.

Siapapun pemenangnya nanti, perekonomian AS menghadapi risiko pembengkakan defisit fiskal yang makin tak terkendali. Itu karena program-program yang dikampanyekan oleh dua kontestan, Donald Trump dan Kamala Harris, sama-sama mengimplikasikan belanja anggaran yang besar dan potensi melejitkan lagi inflasi di negeri itu.

Di sisi lain, ada penilaian bahwa kebijakan pemangkasan bunga acuan Federal Reserve (The Fed), bank sentral AS, terlalu agresif di tengah disinflasi yang terjegal bulan lalu serta ketangguhan ekonomi yang dapat memantik lagi tekanan harga.

Situasi itu merugikan pasar negara berkembang, emerging market, tak terkecuali Indonesia. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sudah ambles 3,07%. Yield surat utang negara juga melejit dari kisaran 6,43% akhir bulan lalu, saat ini sudah menyentuh 6,778%.

Bank Indonesia meluncurkan kebijakan term deposit valas mulai 1 Maret untuk mendukung penguatan dan stabilitas nilai tukar rupiah (Bloomberg)