Logo Bloomberg Technoz

Kekhawatiran itu jelas terlihat di pasar Treasury. Level imbal hasil Treasury di semua tenor kini ada di atas 4%. Bahkan UST-10Y sempat menyentuh 4,26%, tertinggi sejak Juli lalu. Saham-saham di Wall Street juga ikut dilepas menambah paduan suara tekanan investor yang semakin menuntut premi lebih tinggi untuk mempertahankan kepemilikan surat utang.

Lonjakan yield Treasury itu akan membuat tekanan jual di pasar surat berharga negara (SBN) semakin besar menyusul penyempitan selisih imbal hasil investasi RI dengan AS. Arus jual juga kemungkinan akan berlanjut di pasar saham, terimbas sentimen di Wall Street. Rupiah sulit bangkit dengan lingkungan seperti itu.

Arus keluar modal asing sepanjang pekan ini sudah mencapai US$161,8 juta week-to-date, menurut data yang dikompilasi oleh Bloomberg. Alhasil, selama Oktober saja, nilai capital outflows telah mencapai US$488,6 juta. Itu menjadi nilai outflows terbesar di Asia setelah India, Korea Selatan, dan Thailand.

"Pasar kini khawatir dengan pasar obligasi. The Fed telah memperkirakan penurunan bunga acuan terlalu agresif dibandingkan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh perekonomian." kata Head of Investment Fulcrum Asset Management, seperti dilansir oleh Bloomberg News.

Pada Rabu, The Fed merilis Beige Book yang menunjukkan aktivitas stagnan di sebagian besar wilayah AS sejak September dan ada kekhawatiran seputar Pilpres 5 Noveber nanti.

Pada bagian lain, taruhan bahwa Donald Trump akan memenangi Pilpres yang tinggal hitungan hari yang makin besar, juga menaikkan pula permintaan yield investor karena kebijakan Trump dinilai akan makin memicu inflasi di masa mendatang.

Pergolakan pasar keuangan global sepertinya akan bertahan sampai data baru yang pivotal akan dirilis pekan depan. Minggu depan, AS akan melansir laporan pasar tenaga kerja Oktober yang bisa membantu para investor menghitung lagi ekspektasi kebijakan bunga acuan AS.

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi memperpanjang tren pelemahan hari ini menuju Rp15.650/US$ yang menjadi level support terdekat. Area pelemahan selanjutnya di kisaran Rp15.700/US$-Rp15.730/US$.

Apabila kembali menjebol level tersebut, rupiah berpotensi melemah makin dalam menuju Rp15.750/US$ sebagai support terkuat

Dalam tren jangka menengah (Mid-term), rupiah masih berpeluang tertekan ke kisaran Rp15.780/US$ yang makin mendekati MA-100 dan MA-200.

Jika nilai rupiah terjadi penguatan, resistance menarik dicermati pada level Rp15.600/US$ dan selanjutnya Rp15.570/US$ sebagai resistance potensial.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Kamis 24 Oktober 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages