Logo Bloomberg Technoz

Kemudian di Indonesia, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen untuk memberlakukan kebijakan B40 yang akan berlaku mulai awal tahun depan. Nantinya, Indonesia akan meningkatkan campuran bahan bakar nabati menjadi 50% atau B50.

Ini membuat serapan CPO di dalam negeri akan meningkat. Prospek peningkatan permintaan CPO oleh Indonesia membuat harga ikut terangkat.

Faktor lain juga turut menyumbang kenaikan harga CPO. Misalnya perkembangan harga minyak nabati pesaing.

Kemarin, harga minyak kedelai di bursa Dalian (China) melesat 2,47%. Sementara di Chicago Board of Trade (Amerika Serikat/AS) naik tipis 0,05%.

Sedangkan harga minyak biji bunga matahari melonjak 1,89%. Saat harga minyak nabati pesaing naik, maka CPO akan ikut terungkit. Sebab, berbagai komoditas itu bisa saling menggantikan.

Faktor lainnya adalah pelemahan nilai tukar mata uang ringgit Malaysia. Kemarin, mata uang Negeri Harimau Malaya melemah 0,51% terhadap dolar AS.

CPO adalah aset yang dibanderol dengan ringgit. Pelemahan ringgit akan membuat CPO lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain.

Analisis Teknikal

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO bertengger di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 66,26. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.

Adapun indikator Stochastic RSI berada di 65,21. Menghuni area beli (long) yang bahkan cukup kuat.

Namun dengan kenaikan harga yang sudah begitu tinggi, CPO terancam terpeleset. Dalam waktu dekat, ada kemungkinan harga CPO akan mengetes Moving Average (MA) 5 di MYR 4.370/ton. Jika tertembus, maka MA-10 di MYR 4,354/ton bisa menjadi target selanjutnya.

Sedangkan target resisten terdekat adalah MYR 4,396/ton. Penembusan di titik ini berpotensi membawa harga CPO naik lagi menuju MYR 4.404/ton.

(aji)

No more pages