Sedangkan saham-saham yang melemah dan menjadi top losers antara lain PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) yang jatuh 7,65%, PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) ambruk 7,54%, dan PT ERA Graha Realty Tbk (IPAC) anjlok 7,14%.
Pelemahan IHSG tidak sendirian. Beberapa bursa saham Asia lain juga turut melemah. TW Weighted Index (Taiwan), Nikkei 225 (Tokyo), PSEI (Filipina), TOPIX (Jepang), dan Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), yang terpangkas masing-masing, 0,81%, 0,80%, 0,65%, 0,44%, dan 0,12%.
Sementara itu, Hang Seng (Hong Kong), KOSPI (Korea Selatan), Shanghai Composite (China), CSI 300 (China), Shenzhen Comp. (China), Straits Times (Singapura), dan KLCI (Malaysia) yang berhasil menguat dan menghijau dengan masing-masing 1,81%, 1,39%, 1,05%, 0,98%, 0,98%, 0,44%, dan 0,08%.
Bursa Asia mengekor yang terjadi di Wall Street. Dini hari tadi waktu Indonesia, Bursa Saham New York juga bergerak bervariasi.
Indeks Nasdaq Composite menguat 0,19%. Sementara S&P 500 melemah 0,05% dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) merah dengan kehilangan 0,02%.
Sentimen yang mewarnai laju IHSG dan Bursa Asia hari ini adalah datang dari pertimbangan investor ketika kemungkinan pemotongan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) akan kurang agresif.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Wall Street sedang mengurangi taruhan pada pelonggaran kebijakan yang agresif imbas dari Ekonomi AS yang tetap kuat. Para pejabat The Fed juga terdengar hati-hati mengenai laju pemangkasan suku bunga di masa depan.
Prospek defisit fiskal yang lebih besar setelah Pemilihan Presiden mendatang semakin memperburuk kegelisahan pasar. Sejak minggu lalu, pedagang telah memangkas ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed yang diharapkan hingga September 2025 lebih dari 10 basis poin.
Sebagian besar pejabat The Fed yang berbicara awal minggu ini memberi sinyal mereka mendukung laju penurunan suku bunga yang lebih lambat.
Terbaru dari Gubernur Federal Reserve Bank of Kansas City Jeffrey Schmid yang menyatakan ia mendukung penurunan suku bunga dengan kecepatan lebih lambat mengingat adanya ketidakpastian tentang seberapa rendah The Fed pada nantinya harus memangkas suku bunga.
Schmid, dalam pernyataan publik pertamanya sejak Agustus, mengatakan ia berharap untuk siklus kebijakan yang lebih normal, di mana The Fed membuat penyesuaian sederhana untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi, harga yang stabil, dan lapangan kerja penuh.
(fad/rui)