"Ia menekankan perlunya memodernisasi dan memperkuat pangkalan rudal strategis serta membuat semua pangkalan sepenuhnya siap untuk menjaga postur penanggulangan menyeluruh," tambah media pemerintah.
Terakhir kali Korea Utara menguji ICBM adalah pada bulan Desember, ketika negara tersebut menembakkan Hwasong-18 berbahan bakar padat yang jatuh di sebelah barat pulau utama Jepang, Hokkaido. Kelas rudal tersebut dianggap sebagai yang paling kuat dalam gudang persenjataan Korea Utara.
Ketegangan di Semenanjung Korea telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Korea Selatan mengeluhkan balon sampah yang dikirim oleh Korea Utara, sementara Pyongyang menuduh Seoul mengirim pesawat nirawak ke ibu kotanya. Korea Utara juga meledakkan jalan yang menghubungkan kedua negara. Seoul melaporkan bahwa Pyongyang telah mengirim pasukan ke Rusia untuk mendukung perangnya di Ukraina. Pada Selasa (22/10/2024), Korea Selatan bahkan membahas kemungkinan untuk memasok senjata ke Ukraina.
ICBM berbahan bakar padat memiliki propelan yang dipanggang ke dalam roket, memungkinkan peluncurannya dalam hitungan menit. Hal ini membuat AS memiliki lebih sedikit waktu untuk mempersiapkan intersepsi. Tantangannya akan semakin besar jika rudal tersebut dilengkapi dengan beberapa hulu ledak, bukan hanya satu.
Namun, masih belum jelas apakah ICBM Korea Utara dapat mengalahkan sistem antirudal AS dan cukup canggih untuk menyerang target yang dituju, serta apakah hulu ledak tersebut dapat bertahan saat memasuki atmosfer.
(bbn)