Kontraktor lokal akan dilibatkan dalam pembangunan rumah di wilayah perdesaan, sementara perusahaan besar akan berfokus pada proyek di perkotaan. Namun, Fahri menegaskan bahwa perusahaan besar yang ingin berkontribusi di desa juga dipersilakan.
"Kalau [kontraktor besar] mau nyumbang silakan saja ya. Di desa-desa boleh dibangun. Namun, kalau mau nyumbang, itu adalah hak dari para penyumbangnya," tuturnya.
Kearifan Lokal
Sebelumnya, Ketua Satgas Perumahan Hashim Djojohadikusumo menegaskan desain perumahan, yang akan dibangun dalam program 3 Juta Rumah, harus mencerminkan kearifan lokal setiap daerah.
Dalam kaitan itu, Hashim bahkan telah mendiskusikan langsung hal tersebut dengan Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) Nixon Napitupulu.
"Saya bilang; 'Pak Nixon, jangan itu desainnya sama’. Saya minta, dari Aceh [misalnya], saya mintakan beliau desain yang dibangun itu harus sesuai dengan kearifan lokal, harus sesuai dengan desain Aceh. Namun, kita Di Aceh juga ngerti ada beberapa suku, sehingga mungkin suku Gayo mungkin mau beda lagi Ini pesan saya," jelas Hashim dalam agenda Propertinomics bersama Real Estat Indonesia (REI), dikutip Jumat (11/10/2024).
Selain itu, Hashim—yang notabene juga merupakan adik Prabowo — turut menekankan pentingnya variasi dalam desain rumah di berbagai daerah di Indonesia agar tidak hanya sesuai kebutuhan masyarakat, tetapi juga dapat menunjang pariwisata.
Wisatawan yang datang, menurut Hashim, akan tertarik melihat desain perumahan yang mencerminkan identitas budaya daerah, seperti rumah-rumah dengan arsitektur khas Bali.
"Nah, kalau saran kami, kalau seorang petani mau desain California, iya silakan. Ini kan asasi manusia. Akan tetapi, kalau seorang petani di Jogja [misalnya], tidak mau terima desain rumah dari Bekasi itu jangan dipaksa. Itu pesan saya. Betul ini kita mau variasi dan ini juga menunjang pariwisata," terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Hashim yang juga selaku anggota Dewan Kehormatan REI turut menekankan permasalahan stunting bukan hanya disebabkan penyakit gizi buruk, melainkan juga faktor pemilihan lingkungan perumahan juga dapat membawa pengaruh terhadap tingginya kasus tersebut di Indonesia.
Dengan demikian, selain memperkuat anak-anak Indonesia dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG), pemerintah yang akan datang di bawah Prabowo Subianto akan mendukung program lingkungan yang sehat.
"Kalau anak-anak kecil main-main dan hidup di dalam suasana dan lingkaran atau lingkungan yang tidak sehat, minum air tidak bersih, air kotor, mandi dengan air kotor kalau bisa mandi, main-main di lantai berupa tanah, cacing-cacingan, bakteri, virus, dan sebagainya; maka kalau kita mau berantas stunting, itu harus holistic approach," ujarnya.
"Bukan hanya makanan bergizi, tetapi kalau anak dapat makanan di sekolah dua kali sehari, tetapi kembali ke rumah gubuk dan harus hidup dengan hewan dan sebagainya, ini tidak akan menyelesaikan masalah. Maka perumahan yang layak itu sangat-sangat penting," jelas Hashim.
Dengan demikian, secara tersirat Hashim turut mendorong program pembangunan 3 juta unit rumah sebagai salah satu langkah progresif untuk dapat menurunkan stunting berbarengan dengan program Makan Bergizi Gratis.
(prc/wdh)