“Sesuai dengan peraturan Indonesia, PT-FI akan terus membayar bea ekspor sebesar 7,5% atas konsentrat tembaga," tulis Freeport-McMoRan.
Sebelumnya, VP Corporate Communications PTFI Katri Krisnati menjelaskan saat ini produksi smelter PTFI dihentikan sementara untuk investigasi dan asesmen secara komprehensif dengan melibatkan berbagai pihak, seperti Kementerian ESDM dan Kepolisian.
“Kami juga akan mengevaluasi dampak terhadap rencana ramp-up produksi,” ujar Katri saat dihubungi, dikutip Sabtu (19/10/2024).
Katri menjelaskan kebakaran di smelter tersebut terjadi pada Senin (14/10/2024) sekitar pukul 17.35 WIB ketika tim PTFI sedang bersiap memasukkan konsentrat ke dalam furnace (alat tungku pemanas) dan melakukan pengecekan rutin. Dalam proses tersebut, ditemukan fan yang tidak berfungsi, dan api kecil mulai terlihat.
"Tim segera melakukan pemeriksaan, tetapi api makin membesar dan menyebabkan ledakan, sehingga semua karyawan dievakuasi dari area tersebut," jelas Katri.
Tim Tanggap Darurat PTFI segera diaktifkan dan bersama pemadam kebakaran internal PTFI, mereka merespons kejadian ini. Tim keamanan dan keselamatan melakukan penyisiran untuk memastikan tidak ada karyawan yang terjebak di lokasi.
Kebakaran makin membesar, sehingga bantuan tambahan dari Pemadam Kebakaran Surabaya, Petrokimia Gresik, dan kawasan industri Maspion dikerahkan.
Namun, api berhasil dipadamkan sekitar pukul 22.30 WIB, dan proses pendinginan dilakukan untuk memastikan kondisi aman.
Sebelum peristiwa kebakaran, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengonfirmasi pemerintah kemungkinan bakal membuka peluang untuk kembali memberikan relaksasi ekspor konsentrat tembaga usai Desember 2024 kepada PTFI dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
Bahlil mengatakan larangan ekspor konsentrat bakal kembali diundur 1—2 bulan dari tenggat yang ditargetkan sebelumnya, yaitu pada Desember 2024.
Hal ini dilakukan karena pabrik pemurnian atau smelter katoda tembaga yang dibangun oleh kedua perseroan belum dapat berproduksi 100% akhir tahun ini. Walhasil, keran ekspor konsentrat tembaga bakal diberikan sebesar volume yang belum mampu diserap oleh smelter.
“Freeport peak-nya diagendakan Desember. Kalau katakanlah pabriknya belum bisa cover 100% karena ada hal yang bisa dipertanggungjawabkan, kita mungkin ulur [larangan ekspor konsentrat tembaga], tetapi paling tidak 1—2 bulan. Kemungkinan ke AMNT juga,” ujar Bahlil saat ditemui di Taman Mini Indonesia Indah, Minggu (13/10/2024).
(dov/wdh)