Bloomberg Technoz, Jakarta - Israel pada Selasa (22/10/2024) mengklaim telah membunuh Hashem Safieddine, pria yang digadang-gadang sebagai calon pengganti pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, yang tewas bulan lalu dalam serangan Israel yang menargetkan kelompok tersebut.
Menurut laporan Reuters, militer Israel menyatakan bahwa Safieddine tewas dalam serangan yang dilakukan tiga minggu lalu di pinggiran selatan Beirut, yang menjadi konfirmasi pertama atas kematiannya. Sebelumnya, awal bulan ini, Israel telah menyebutkan bahwa ia mungkin telah disingkirkan.
Hingga saat ini, tidak ada tanggapan langsung dari Hizbullah terkait pernyataan Israel mengenai kematian Safieddine.
"Kami telah berhasil menjangkau Nasrallah, penggantinya, dan sebagian besar pimpinan senior Hizbullah. Kami akan menjangkau siapa pun yang mengancam keamanan warga sipil Israel," kata kepala militer Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi.
Israel telah melancarkan serangan yang meningkat di Lebanon setelah bentrokan perbatasan selama setahun dengan Hizbullah, yang merupakan pasukan proksi Iran paling bersenjata di Timur Tengah. Kelompok tersebut telah berupaya untuk mendukung Hamas yang memerangi Israel di Gaza, namun kini terhuyung-huyung akibat serentetan pembunuhan komandan seniornya dalam serangan udara Israel dalam beberapa minggu terakhir.
Sebagai kerabat Nasrallah, Safieddine ditunjuk menjadi anggota Dewan Jihad, badan yang bertanggung jawab atas operasi militer Hizbullah, serta dewan eksekutif yang mengawasi urusan keuangan dan administratif kelompok tersebut.
Safieddine mengambil peran penting sebagai juru bicara Hizbullah selama tahun terakhir pertikaian dengan Israel, menyampaikan pidato di pemakaman dan acara lain yang tidak dapat dihadiri Nasrallah karena alasan keamanan.
Israel sejauh ini tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengalah dalam operasinya di Gaza dan Lebanon, bahkan setelah membunuh beberapa pemimpin Hamas dan Hizbullah, termasuk Nasrallah, sekretaris jenderal yang kuat, dalam serangan udara pada 27 September.
Para diplomat menyebutkan bahwa Israel bermaksud untuk mengunci posisi yang kuat sebelum pemerintahan baru AS mengambil alih setelah pemilihan umum pada 5 November antara Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan presiden Donald Trump.
(del)