Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini Rabu 23 Oktober 2024, berpotensi melanjutkan tren kenaikan, bersamaan dengan sejumlah sentimen fundamental dan teknikal yang dapat jadi penggerak laju indeks. Terutama rilis data laporan keuangan Kuartal III-2024 sejumlah emiten big caps, termasuk big banks.
Pada perdagangan saham kemarin Selasa (22/10/2024), IHSG menguat 16,38 poin, hingga melesat dengan kenaikan 0,21% dan menutup perdagangan di posisi 7.788.

Secara teknikal, IHSG sejatinya masih berpotensi melanjutkan tren penguatan, bergerak di kisaran sempit menuju trendline garis putih, usai keberhasilan break trendline channel dengan target menuju level 7.800–7.850. Untuk resistance selanjutnya ada level 7.900 yang jadi target paling optimis. Dengan terkonfirmasi memiliki support kuat IHSG pada level 7.740–7.700 di time frame daily-nya.
Sentimen pada perdagangan hari ini datang dari dalam negeri dan juga global. Utamanya investor tengah menanti dan mencermati lebih lanjut laporan keuangan Kuartal III-2024 dari sejumlah emiten, terutama big banks Bank BCA yang dijadwalkan rilis pada Rabu hari ini.
Adapun musim laporan keuangan yang terbit sejauh ini berawal cukup solid, dengan keberhasilan mencetak laba bagi sejumlah emiten. Sejumlah Perusahaan besar melaporkan kinerja keuangan yang lebih baik dari estimasi.
Senada dengan IHSG, Bursa Saham Amerika Serikat Wall Street juga menanti pelaporan pendapatan dari emiten besar di minggu ini, dengan 20% perusahaan S&P 500 dijadwalkan untuk melaporkan hasil laporan keuangannya. Investor tengah bersiap untuk laporan utama dari Tesla Inc, Boeing Co, dan United Parcel Service Inc.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, survei Bloomberg Markets Live Pulse terbaru menunjukkan responden melihat laporan keuangan Perusahaan AS sebagai hal yang lebih penting untuk kinerja pasar ekuitas daripada hasil pemilu November atau juga jalur kebijakan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Di mana mereka mempertimbangkan kemungkinan pemotongan suku bunga The Fed yang kurang agresif. Mengurangi ekspektasi pada pelonggaran kebijakan karena Ekonomi AS tetap kuat. Para pejabat The Fed juga terdengar hati-hati mengenai laju penurunan suku bunga di masa depan.
“Meskipun data terbaru menunjukkan ekonomi AS yang lebih tangguh daripada yang diperkirakan sebelumnya, tren disinflasi yang luas masih utuh, dan risiko penurunan –meskipun lebih rendah –terhadap pasar tenaga kerja tetap ada,” terang Solita Marcelli di UBS Global Wealth Management.
“Kami terus mengharapkan pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin lebih lanjut pada 2024 dan 100 basis poin pemotongan pada tahun 2025.”

Sebagian besar pejabat The Fed yang berbicara pada awal minggu ini memberi sinyal mereka mendukung laju penurunan suku bunga yang lebih lambat.
Pembuat kebijakan pada pertemuan mereka bulan lalu mulai menurunkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak awal pandemi. Mereka memangkas suku bunga acuan sebesar setengah poin, menjadi kisaran 4,75% hingga 5%, karena kegelisahan meningkat bahwa pasar tenaga kerja sedang memburuk dan inflasi mendingin mendekati target 2% The Fed.
Kombinasi faktor itu mengurangi ekspektasi pasar akan prospek kebijakan suku bunga acuan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) di pertemuan bulan depan.
Mengutip CME FedWatch Tools pagi ini, peluang pemangkasan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,50%–4,75% pada November turun menjadi 89,2%. Terpangkas ketimbang pekan sebelumnya di 97% probabilitas.
Yang juga jadi perhatian pasar, dari regional Asia, Chief Economist JPMorgan Chase & Co untuk China, Haibin Zhu, menilai, berbagai rencana stimulus China yang telah diumumkan tidak sama dengan paket stimulus 4 triliun yuan seperti dilangsungkan China pada 2008 silam.
Euforia pasar sempat melesat cepat menyambut rencana stimulus yang diumumkan September lalu. Namun, euforia itu memudar juga dengan cepat. Investor kini skeptis terhadap kemampuan otoritas setempat menggunakan kekuatan fiskal lebih besar guna memacu perubahan ekonomi yang signifikan.
Zhu menambahkan, jika investor mengharapkan fokus pada peningkatan konsumsi dan permintaan domestik, “Mereka mungkin akan kecewa.”

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, perhatian investor masih akan tertuju pada musim laporan keuangan kuartal III-2024 di AS. Lebih dari 100 korporasi yang tergabung dalam indeks S&P 500 antri untuk merilis laporan keuangan mereka minggu ini.
“Sejauh ini, sekitar 14% dari Perusahaan yang berada dalam indeks S&P 500 telah merilis laporan keuangan. Dari jumlah itu, sekitar 80% berhasil mengalahkan estimasi laba dari para analis,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, dari sisi dalam negeri, pasar menantikan rilis data laporan keuangan Kuartal III-2024 sejumlah emiten terutama Big Banks, seperti BBCA yang dijadwalkan rilis laporan keuangan kuartal III tahun 2024 pada Rabu.
“Penguatan IHSG mulai terbatas pada overbought area di indikator Stochastic RSI. Dengan demikian, IHSG diperkirakan bergerak konsolidatif di bawah resistance area 7.800-7.830 di Rabu (23/10). Terlebih terdapat arahan negatif dari mayoritas indeks global di Selasa (22/10),” mengutip riset Phintraco.
Dalam risetnya, Wall Street dibayangi kenaikan U.S. 10-year Bond Yield yang sempat menyentuh level 4,2% di Senin (21/10).
“Kenaikan yield tersebut dipicu oleh pernyataan sejumlah petinggi The Fed yang memicu spekulasi bahwa pemangkasan suku bunga acuan the Fed akan less aggressive dibanding perkiraan awal.”
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi TINS, HRUM, UNVR, MAPI, MDKA, dan SCMA..
Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas memaparkan, IHSG kembali menguat setelah menembus resisten MA-20, trend masih Bullish dan masih berpotensi melanjutkan penguatan ke resisten berikutnya di 7.810 dan 7.910.
“Support sementara di 7.619,” papar BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya pada Rabu (23/10/2024).
Bersamaan dengan risetnya, BRI Danareksa memberikan rekomendasi saham hari ini, BMTR, HRUM, dan UNTR.
(fad/wep)