Bila tekanan jual di pasar surat utang negara (INDOGB) masih berlanjut seperti kemarin, ada potensi rupiah hari ini bisa menyentuh level Rp15.600-an per dolar AS.
Bank Indonesia diperkirakan akan berjaga sejak awal memastikan volatilitas rupiah masih terkendali. Kemarin, BI langsung mengintervensi pasar begitu terlihat ada tekanan jual besar yang menghempaskan nilai rupiah. Alhasil, pelemahan rupiah kemarin tidak terlalu tajam, meski tercatat sebagai yang terburuk ketiga di Asia.
Gugup jelang Pilpres AS
Pasar keuangan global masih diliputi kegelisahan yang makin tajam jelang gelar Pilpres AS yang tinggal hitungan pekan.
Berbagai pernyataan para pejabat bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), sempat mengikis keyakinan pasar akan potensi pemangkasan bunga acuan pada pertemuan November nanti. Namun, pagi ini bila mengacu pada CME FedWatch, para traders kembali menaikkan probabilitas pemotongan 25 bps bulan depan dengan peluang mencapai 91%.
Di sisi lain, mengemuka kekhawatiran akan prospek fiskal AS. Defisit fiskal AS diperkirakan akan semakin melebar siapapun presiden yang akan terpilih nanti, mengingat kedua kandidat yakni Kamala Harris dan Donald Trump, sama-sama mengusung banyak program kampanye nan populis berbiaya besar.
Demi menyeimbangkan risiko, para investor semakin banyak menyerbu aset safe haven saat ini yakni emas dan dolar AS. Harga emas menjebol level rekor tertinggi lagi di US$ 2.747,3/troy ons.
Dari Asia, para pengelola dana global menilai langkah otoritas Tiongkok sejauh ini lebih sebagai mitigasi risiko ketimbang mengucurkan stimulus jangka pendek.
Chief Economist JPMorgan Chase&Co untuk China, Haibin Zhu, menilai, berbagai rencana stimulus Tiongkok yang telah diumumkan tidak sama dengan paket stimulus 4 triliun yuan seperti dilakukan China pada 2008.
Euforia pasar sempat melesat cepat menyambut rencana stimulus yang diumumkan September lalu. Namun, euforia itu memudar dengan cepat. Investor kini skeptis terhadap kemampuan otoritas menggunakan kekuatan fiskal lebih besar guna memacu perubahan ekonomi yang signifikan.
Zhu menambahkan, jika investor mengharapkan fokus pada peningkatan konsumsi dan permintaan domestik, "mereka mungkin akan kecewa".
Dari dalam negeri, data uang beredar yang dilansir Bank Indonesia kemarin memperlihatkan roda ekonomi domestik kekurangan pelumas dengan peredaran uang melambat tiga bulan beruntun.
Sementara lelang sukuk negara (SBSN) kemarin mencatat kenaikan incoming bids di mana para investor menyerbu tenor pendek di bawah setahun, seri SPNS. Kala tekanan pasar masih besar, diperkirakan para pelaku pasar akan mengambil langkah defensif dengan memilih surat utang berdurasi pendek.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah masih berpotensi tertekan di zona merah menuju area Rp15.580/US$ sampai Rp15.600/US$, dengan level support terkuat rupiah di Rp15.650/US$.
Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance psikologis potensial pada Rp15.500/US$. Kemudian, target penguatan optimis lanjutan untuk dapat kembali menguat ke level Rp15.470/US$.
Selama nilai rupiah bertengger di atas Rp15.600/US$ usai tertekan, maka masih ada potensi pelemahan lebih lanjut. Sebaliknya apabila terjadi penguatan hingga Rp15.500/US$ dalam tren jangka menengah (Mid-term) atau dalam sepekan perdagangan, maka rupiah berpotensi terus menguat hingga Rp15.440/US$.
(rui)