Kemarin, harga minyak kedelai di bursa Dalian (China) naik 1,02%. Sementara di Chicago Board of Trade (Amerika Serikat/AS) terangkat 1,65%.
Kemudian harga minyak biji bunga matahari menguat 0,21%. Lalu harga minyak rapeseed positif 1,38%.
Saat harga minyak nabati pesaing main mahal, maka keuntungan beralih ke CPO akan meningkat. Sebab, berbagai komoditas itu memang bisa saling menggantikan.
Kedua adalah perkembangan nilai tukar mata uang ringgit Malaysia. Kemarin, mata uang Negeri Harimau Malaya melemah 0,58% terhadap dolar AS.
CPO adalah aset yang dibanderol dengan ringgit. Saat ringgit terdepresiasi, maka CPO akan lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan CPO pun bisa meningkat.
Ketiga adalah kabar dari Indonesia. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkiraan produksi CPO dan minyak kernel tahun ini sebanyak 51 juta metrik ton, Turun 5% dibandingkan tahun lalu.
Perlu diingat bahwa Indonesia adalah produsen dan eksportir CPO terbesar dunia. Saat pasokan dari Indonesia berkurang akibat penurunan produksi, maka akan sangat mempengaruhi pembentukan harga.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO nyaman di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 61,34. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sementara indikator Stochastic RSI ada di 25,91. Menghuni area jual (long), yang bahkan sudah mendekati wilayah jenuh jual (oversold).
Oleh karena itu, ada kemungkinan harga CPO akan terkoreksi. Maklum, kenaikannya memang sudah lumayan tinggi.
Waspadai pivot point di MYR 4.352/ton. Sebab jika tertembus, maka harga CPO akan menguji Moving Average (MA) 5 di MYR 4.349/ton. Target support selanjutnya ada di MYR 4.344/ton.
Sementara target resisten terdekat adalah MYR 4.405/ton. Penembusan di titik ini berpotensi membawa harga CPO naik lagi menuju MYR 4.439/ton.
(aji)