Capaian ini naik 11 juta dibandingkan survei asosiasi ini yang disampaikan pada 2023, dengan penetrasi internet tertinggi di daerah perkotaan dan pulau Jawa dan Bali.
Provinsi Jawa Barat jadi daerah yang paling berkontribusi pada angka penyebaran internet dengan skor 18,3%, kemudian disusul dengan Jawa Timur dan Jawa Tengah masing-masing dengan skor 14,7% dan 14,12%. Jika dibagi per pulau, Jawa masih menjadi penyumbang terbesar dengan kontribusi 57,82%.
Meski terus bertumbuh, APJII mengaku internet Indonesia belum merata. Ada ketimpangan antara daerah non tertinggal yang memakai internet sebanyak 215 juta orang. Sementara daerah tertinggal kontribusinya 6,67 juta orang.
Profil pengguna internet di Indonesia terbanyak gen Z (dengan kelahiran 1997 hingga 2012) 34,40%. Gen Y atau generasi milenial (dengan kelahiran 1981 hingga 1996) di peringkat kedua 30,62%. Gen X (dengan kelahiran 1965 hingga 1980) 8,98%, Baby Boomers (dengan kelahiran 1946 hingga 1964 6,5%). Dua segmen pengguna lain, post Gen Z 9,17% dan pre-boomer 0,24%.
APJII mencatat tingkat penetrasi internet mencapai 8,9% sepanjang periode 2018 sampai 2020, dengan rincian:
-
Tahun 2018 : tingkat penetrasi 64,8%
-
Tahun 2020 : tingkat penetrasi73,7%
-
Tahun 2021 : tingkat penetrasi 77,07%
-
Tahun 2023 : tingkat penetrasi 78,19%
-
Tahun 2024: tingkat penetrasi 79,5%
Indonesia tertinggal dari Singapura, Thailand, dan Malaysia yg tempati posisi tiga besar berdasarkan hasil laporan Speedtest milik Ookla baik dari internet mobile ataupun fixed broadband.
Rapor koneksi internet mobile Asia Tenggara:
-
Singapura kecepatan 93,42 Mbps
-
Brunei kecepatan 91,87 Mbps
-
Malaysia kecepatan 69,92 Mbps
-
Vietnam kecepatan 49,12 Mbps
-
Thailand kecepatan 42,14 Mbps
-
Laos kecepatan 29,98 Mbps
-
Filipina kecepatan 28,12 Mbps
-
Kamboja kecepatan 26,64 Mbps
-
Indonesia kecepatan 24,96 Mbps
-
Myanmar kecepatan 21,29 Mbps
-
Timor Leste kecepatan 4,16 Mbps
Rapor koneksi internet fixed broadband Asia Tenggara:
-
Singapura kecepatan 270,62 Mbps
-
Thailand kecepatan 221,32 Mbps
-
Malaysia kecepatan 111,70 Mbps
-
Vietnam kecepatan 107,42 Mbps
-
Filipina kecepatan 92,92 Mbps
-
Brunei kecepatan 68,72 Mbps
-
Kamboja kecepatan 37,03 Mbps
-
Laos kecepatan 32,59 Mbps
-
Indonesia kecepatan 27,87 Mbps
-
Myanmar kecepatan 19,68 Mbps
-
Timor Leste kecepatan 7,16 Mbps
Data Speedtest Global Index juga menyampaikan peringkat Indonesia di dunia berada pada urutan 110 dari 141 negara untuk urusan kecepatan internet mobile, dan 119 dari 178 negara untuk internet broadband.
Pemerintahan Presiden Jokowi sebelumnya pernah mewacanakan target kecepatan internet rata-rata 100 Mbps meski juga diakui menantang. Kominfo saat itu mengajak pelaku usaha terkait, seperti operator seluler dan jasa layanan internet untuk menentukan cara meningkatkan kecepatan internet domestik, termasuk perlunya insentif yang diberikan kepada pebisnis.
Lemotnya internet juga bersumber dari rendahnya belajar investasi para perusahaan di industri telekomunikasi. Untuk menghadirkan jaringan internet cepat, dengan dukungan layanan teknologi 5G juga butuh dana jumbo.
Pebisnis di sektor ini juga menghadapi situasi tarif data kepada pelanggan yang terus turun. Sementara biaya penyelenggaraan operator seluler juga membesar — belum memperhitungkan biaya investasi baru— isekitar 70%-106% dari perolehan pendapatan.
Peningkatan kecepatan internet sebuah negara, menurut Menkominfo saat itu Budi Arie, dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan terjaganya kesehatan di industri terkait. Berdasarkan data International Telecommunication Union (ITU) tahun 2022, presentase tarif Mobile Broadband Indonesia terhadap Gross National Income (GNI) per kapita sebesar 1,1% (tarif MBB 2GB US$3,78). Sedangkan tarif Fixed Broadband terhadap GNI per kapita sebesar 6,13% (tarif FBB 20 Mbps US$20,97).
(fik/wep)