Logo Bloomberg Technoz

Prabowo Janji Mandiri Energi, tetapi RI Rawan Kecanduan Impor Gas

Dovana Hasiana
22 October 2024 12:00

Sebuah kapal LNG berangkat dari fasilitas pelabuhan Rio Tinto Group di Karratha, Australia Barat./Bloomberg-Carla Gottgens
Sebuah kapal LNG berangkat dari fasilitas pelabuhan Rio Tinto Group di Karratha, Australia Barat./Bloomberg-Carla Gottgens

Bloomberg Technoz, Jakarta – Kalangan pengusaha minyak dan gas bumi (migas) di Tanah Air menilai terdapat pekerjaan rumah besar pada era pemerintahan Prabowo Subianto, menyusul adanya proyeksi Asean Center for Energy (ACE) yang menyebutkan Indonesia bakal menjadi net importer gas alam pada 2030 dan 2040.

Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal menggarisbawahi, sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang besar pada gas, menyusul adanya penemuan-penemuan baru yang mayoritas gas.

Namun, permintaan dari gas di Indonesia belum masif yang menyebabkan para investor menahan eksplorasi. Hal ini berkaitan dengan sifat dari produksi gas yang didorong oleh permintaan atau demand driven.

“Produksi gas hulu kita, memproduksi dalam tanah dahulu gas itu sebelum keluar tadi harus ada kontrak dahulu, harus sudah ada yang beli. Jadi dia tidak akan mau produksi sebelum ada pembelinya. Beda sama minyak; minyak produksi berapa saja pasti ada pembelinya. Minyak itu bisa disimpan, kalau gas kan tidak bisa,” ujar Moshe kepada Bloomberg Technoz, Selasa (22/10/2024).

Proyeksi produksi tahunan LNG Indonesia./dok. BMI

Menurut Moshe, permintaan gas yang rendah di Indonesia juga berkaitan dengan infrastruktur seperti pipa yang belum memadai. Hal ini pun menyebabkan harganya lebih mahal dibandingkan dengan negara produsen gas seperti Qatar, Rusia atau Amerika Serikat.