Logo Bloomberg Technoz

Tensi di Timur Tengah meninggi setelah Israel mendiskusikan serangan ke Iran usai pesawat tanpa awak (drone) kelompok Hizbullah meledak di dekat kediaman Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada akhir pekan lalu.

Selain itu, ketidakpastian juga datang dari Amerika Serikat (AS) yang akan menggelar Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 5 November mendatang. Dua kandidat yang bersaing, Donald Trump dan Kamala Harris, memiliki peluang yang nyaris sama untuk memimpin Negeri Adikuasa selama 4 tahun ke depan.

Dalam survei Emerson College, Harris memimpin dengan perolehan 49%. Namun Trump tidak jauh di belakangnya dengan 48%.

Kemudian dalam survei Fox News, Trump justru unggul dengan 50%. Lagi-lagi Harris menguntit dengan 48%.

Lalu di survei Marist College, Harris kembali memimpin dengan 49%. Akan tetapi Trump tidak jauh dengan potensi suara 45%.

Sementara di survei NBC, suara Trump dan Harris sama-sama berada di 48%.

“Intinya, emas berkilau di tengah ketidakpastian. Minimnya kejelasan mengenai kebijakan luar negeri AS dalam jangka menengah menambah kecemasan,” tegas Rhona O'Connell, Head of Market Analysis di StoneX, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Analisis Teknikal

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas mantap di zona bullish. Terbukti dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 71,87. 

RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun RSI di atas 70 juga menjadi sinyal sudah jenuh beli (overbought).

Posisi overbought makin nyata dengan indikator Stochastic RSI yang sudah mencapai 96,27. Sudah di atas 80 yang berarti overbought.

Oleh karena itu, risiko koreksi masih akan membayangi harga emas. Target support terdekat ada di kisaran US$ 2,720-2.716/troy ons.

Sedangkan target resisten terdekat adalah US$ 2.725-2.730/troy ons,

(aji)

No more pages