Bloomberg Technoz, Jakarta – Rosan Perkasa Roeslani kembali bertugas sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), tetapi kali ini dengan tambahan nomenklatur pada jabatannya yang secara resmi telah berubah menjadi Menteri Investasi dan Hilirisasi di Kabinet Merah Putih pimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Perubahan nomenklatur pada kementerian yang dipimpinnya itu, kata Rosan, merefleksikan fokus pemerintahan Presiden Prabowo untuk melanjutkan dan memperluas misi besar hilirisasi industri yang digagas oleh pemerintahan sebelumnya di bawah Presiden Joko Widodo.
Dia pun menjelaskan BKPM perlu diperluas menjadi Kementerian Investasi dan Hilirisasi lantaran bidang penghiliran industri yang harus digarap pemerintah sangatlah luas.
“Iya betul, ada penambahan ‘Hilirisasi’ karena ruang lingkupnya besar. Oleh sebab itu, kita sampaikan ini akan menjadi fokus utama kita karena kita mengembangkan investasi hilirisasi, sehingga nilai tambah ada di Indonesia,” ujarnya ditemui di Istana Negara jelang pelantikan kabinet baru, Senin (21/10/2024).

Selain itu, lanjut Rosan, fokus Kementerian Investasi dan Hilirisasi tidak hanya menarik penanaman modal pada industri hilir, tetapi juga membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya sebagai prioritas utama.
“Diamanatkan, dijalankan dengan baik dengan amanat dan tentunya kalau beliau [pesan Prabowo adalah] harus satu; untuk kepentingan rakyat,” tegas Rosan.
Realisasi Investasi Hilir
BKPM sebelumnya menyampaikan realisasi investasi untuk hiliarisasi pada sembilan bulan pertama 2024 mencapai Rp272,91 triliun. Ada lima sektor hilirisasi yang menjadi kontribusi nilai investasi.
“Angka ini kontribusi yang cukup besar kontribusinya terhadap realisasi investasi kita,” kata Rosan saat memberikan pemaparan realisasi investasi hingga September 2024 di Jakarta, Selasa (15/10/2024).

Pada kesempatan tersebut, Rosan memaparkan 5 sektor utama yang menjadi tempat investasi terbesar, yaitu; pertama, sektor mineral dalam bidang pengolahan (smelter) dengan total nilai investasi Rp170,78 triliun. Investasi untuk smelter Nikel menjadi yang paling besar dengan capaian Rp113,77 triliun.
Lalu, investasi smelter tembaga mencapai Rp45,72 triliun, kemudian smelter bauksit senilai Rp10,79 triliun, dan smelter timah senilai Rp0,5 triliun.
Kedua, sektor kehutanan, khususnya hilirisasi pulp and paper yang nilainya mencapai Rp33,72 triliun. Ketiga, sektor pertanian melalui industri minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan oleokimia senilai Rp44,09 triliun.
Keempat, sektor minyak dan gas bumi (migas) melalui pembangunan pabrik petrokimia yang nilainya mencapai Rp17,46 tirliun. Kelima, sektor ekosistem kendaraan listrik yang nilainya mencapai Rp6,86 triliun.
(wdh)