Level rupiah NDF itu tidak terlalu jauh dengan posisi penutupan rupiah spot pekan lalu di Rp15.465/US$, yang mencerminkan penguatan mingguan 0,74%.
Potensi penguatan rupiah hari ini juga didukung oleh sentimen regional yang cenderung positif. Pada pembukaan pasar pagi ini, mayoritas mata uang Asia menguat dipimpin oleh ringgit yang naik 0,09% nilainya, lalu won Korsel menguat 0,08%.
Yuan offshore juga menguat 0,03% disusul dolar Hong Kong juga naik tipis 0,01%. Sementara dolar Singapura tergerus 0,02%. Yen Jepang, salah satu mata uang jangkar di Asia, terpantau menguat pagi ini 0,1%.
Pagi ini, selain menanti pelantikan Kabinet Merah Putih Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, pelaku pasar juga akan menanti pengumuman kebijakan suku bunga pinjaman (loan prime rates) People Bank of China.
Sementara Bank Indonesia akan melansir hasil Survei Perbankan kuartal III-2024. Dari Amerika, beberapa pejabat The Fed, bank sentral AS, dijadwalkan bicara di berbagai forum.
Sedangkan di Washington, pertemuan tahunan IMF dan World Bank akan dimulai hari ini hingga 26 Oktober nanti.
Asing lepas SRBI
Sepanjang pekan lalu, rupiah menguat secara mingguan sebesar 0,74%. Begitu juga rupiah JISDOR (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) atau kurs tengah Bank Indonesia, yang menguat hingga 0,91% pekan lalu.
Penguatan rupiah itu berkat sentimen kepastian isi kabinet Prabowo sehingga tetap bisa berlangsung meski indeks dolar AS pada saat yang sama bergerak perkasa dengan kenaikan 0,6% ke level 103,49.
Selain itu, rupiah juga tetap bertahan kendati terjadi arus jual modal asing di instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Laporan BI, selama periode 14-17 Oktober, pemodal asing telah menjual SRBI senilai Rp5,31 triliun. Pada saat yang sama, asing mencatat posisi net buy Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp3,3 triliun dan saham Rp930 miliar.
Selain itu, dalam lelang rutin SRBI pada Jumat pekan lalu, BI memutuskan menyerap lebih banyak hingga Rp23 triliun, nilai penjualan terbesar sejak Juli lalu di tengah kenaikan tingkat bunga yang diminta oleh investor.
Investor meminta tingkat bunga diskonto rata-rata di 6,88%, tertinggi sejak 20 September dengan total permintaan masuk (incoming bids) naik 18% menjadi Rp24,99 triliun.
Namun, meski ada kenaikan permintaan dari investor, tingkat bunga diskonto lebih tinggi yang diminta oleh investor akhirnya mendorong BI menaikkan bunga diskonto SRBI. Untuk SRBI-12 bulan, tenor terpanjang, bunga diskonto dimenangkan di level 6,87%, lebih tinggi dibanding lelang sebelumnya di 6,83% dan menjadi yang tertinggi sejak 13 September lalu.
Langkah BI yang terbaca dari lelang SRBI terakhir menunjukkan bank sentral tidak mau mengambil risiko menghadapi ketidakpastian pasar global yang meningkat beberapa waktu terakhir dan sempat melambungkan lagi tingkat imbal hasil investasi AS. Yield Treasury, surat utang AS, tenor 2Y sempat menyentuh 4% dan tenor acuan 10Y kini konsisten sedikit di atas 4%.
Itu juga yang mendasari BI menahan bunga acuan pada pekan lalu setelah bulan sebelumnya menurunkan BI rate.
(rui)