Krisis di sektor properti China membuat permintaan baja berkurang. Padahal sektor properti merupakan salah satu kontributor utama penyerap produksi baja.
Industri baja sangat ‘haus’ akan energi. Jadi saat produksi baja turun, maka otomatis permintaan energi pun mengikuti. Saat permintaan energi turun, maka konsumsi batu bara pun berkurang.
Perlu diingat bahwa China adalah produsen, konsumen, sekaligus importir batu bara terbesar dunia. Jadi perkembangan di China akan sangat mempengaruhi pembentukan harga.
Analisis Teknikal
Kemudian bagaimana ramalan harga batu bara untuk minggu ini? Apakah bisa bangkit atau malah turun lagi?
Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), batu bara masih bertahan di zona bullish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 56,35. RSI di atas 50 mengindikasikan bahwa suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sedangkan indikator Stochastic RSI berada di 62,43. Menghuni area beli (long).
Dengan begitu, ruang kenaikan harga batu bara cukup terbuka meski terbatas saja. Target resisten terdekat ada di kisaran US$ 147-149/ton.
Adapun target support terdekat ada di rentang US$ 146-143/ton. Juga relatif sempit.
(aji)