Logo Bloomberg Technoz

Saat harga minyak nabati pesaing makin murah, maka insentif untuk menggunakan CPO akan berkurang. Sebab, berbagai komoditas ini memang bisa saling menggantikan.

Perkebunan kelapa sawit di Kotawaringin Barat./Bloomberg-Muhammad Fadli

Selain itu, faktor ambil untung (profit taking) juga menjadi penyumbang koreksi harga CPO. Maklum, harga komoditas ini memang mengalami reli panjang.

Buktinya, meski pekan lalu turun tetapi harga CPO masih membukukan kenaikan 9,74% dalam sebulan terakhir. Oleh karena itu, keuntungan yang bisa diraup memang tidak main-main, hampir 10%.

Analisis Teknikal

Lalu bagaimanakah prediksi harga CPO untuk pekan ini? Apakah bisa bangkit atau kian terjepit?

Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), CPO masih bertahan di zona bullish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 60,73. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.

Akan tetapi, investor tetap perlu waspada karena indikator Stochastic RSI sudah menyentuh 82,87. Sudah di atas 80, yang berarti tergolong jenuh beli (overbought).

Dengan demikian, harga CPO rasanya masih akan dihantui risiko koreksi. Cermati pivot point di MYR 4.249/ton. Sebab jika tertembus, maka target MYR 4.242/ton yang merupakan Moving Average (MA) 5 bisa terkonfirmasi.

Adapun target resisten terdekat adalah MYR 4.323/ton. Penembusan di titik ini berpotensi membawa harga CPO naik menuju resisten terjauh atau target paling optimistis di MYR 4.367/ton yang merupakan MA-200.

(aji)

No more pages