Bloomberg Technoz, Jakarta - Sri Mulyani telah tiba di Istana Negara jelang pengumuman kabinet pemerintahan baru Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Minggu (20/10/2024).
Sri Mulyani yang sebelumnya mengonfirmasi mendapatkan tawarkan kembali menjadi Bendahara Negara itu, tidak banyak bicara dan melenggang masuk.
Ia menyatakan mengenakan pakaian corak batik warna hijau atas permintaan dari Presiden Prabowo. “Iya, cokelat, iya [dresscode sesuai permintaan Prabowo Subianto],” kata Sri Mulyani di Jakarta.
Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono yang datang lebih dulu memastikan bahwa Sri Mulyani akan hadir dalam acara kenegaraan yang bakal dimulai pukul 20.30.
“Oiya pastilah [Sri Mulyani hadir],” papar Thomas, yang bakal mengisi kursi wamenkeu bersama Suahasil Nazara dan juga Anggito Abimanyu.
Sosok Menteri Keuangan di era pemerintahan baru memang banyak disorot. Sempat muncul beberapa nama kandidat namun Sri Mulyani kemudian muncul di kediaman Prabowo Jalan Kertanegara beberapa hari lalu.
Sri Mulyani pun menyampaikan diminta Prabowo menggawangi APBN dan menjabat Menteri Keuangan. "Saat pembentukan kabinet, beliau meminta saya untuk kembali menjadi Menkeu lagi," jelas dia.
Dengan Sri Mulyani menjadi Menkeu, Badan Penerimaan Negara yang semula sempat digagas, batal diwujudkan. "Enggak ada," ucap dia Senin, 14 Oktober 2024, kemudian menegaskan bahwa Kementerian Keuangan masih satu kementerian yang mengelola penerimaan negara berupa perpajakan, bea dan cukai, serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). "Ia masih satu."
Beberapa analis sebelumnya menyatakan bahwa penunjukkan Sri Mulyani menenangkan pasar karena hadir kepastian kebijakan di bidang fiskal.
Lionel Priyadi dari PT Mega Capital Sekuritas, meminta pasar bisa saja memandang aspek yang lebih luas. Tidak hanya sebatas seorang Sri Mulyani. Lionel menggarisbawahi beragam tantangan fundamental yang dihadapi perekonomian Indonesia.
"Ini adalah bagaimana pemerintah secara keseluruhan dapat menavigasi tantangan-tantangan ekonomi di masa depan, seperti melemahnya pertumbuhan global dan harga-harga komoditi, serta gelagat melebarnya defisit transaksi berjalan," ucap dia.
(wep)