Dua katalis ini akan mendongkrak laju pada saham yang memiliki fundamental kuat dan memiliki kinerja yang terus bertumbuh.
Dari eksternal, S&P Global merilis data awal terkait aktivitas manufaktur Amerika Serikat yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI) naik ke level ekspansif menjadi 50,4 pada April 2023 dari sebelumnya 49,2 pada Maret, dan menjadikan level ekspansi pertama dalam aktivitas manufaktur dalam enam bulan terakhir.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok mengalami akselerasi di kuartal I-2023 karena masyarakat membanjiri restoran, dan pusat perbelanjaan pasca berakhirnya kebijakan zero Covid.
Tercatat, Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok tumbuh 4,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih cepat dari pertumbuhan 2,9% yoy di kuartal IV-22 dan lebih tinggi dari estimasi 4,0% yoy.
“Data lain memperlihatkan Industrial Production Tiongkok naik 3,9% yoy pada Maret, lebih cepat dari kenaikan 2,4% yoy dalam dua bulan pertama tahun ini, dan prediksi pasar yang naik 4,0% yoy. Ini adalah laju kenaikan tercepat sejak Oktober 2022,” jelasnya.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG ditutup menguat 0,5% ke 6.821 pada pekan kemarin, disertai dengan munculnya volume pembelian. Namun demikian pergerakan IHSG masih berada pada rentang MA-20 dan MA-60.
“Sehingga hal tersebut berarti IHSG akan cenderung tertekan dan rawan terkoreksi ke bawah 6.735 sebagai support terdekatnya,” jelas Herditya dalam riset harian yang diterbitkannya Rabu (26/4/2023).
Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, BBTN, ESSA, ITMG, dan TLKM.
Analis CGS-CIMB Sekuritas memaparkan, pada perdagangan kemarin IHSG ditutup menguat. Senada, investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 1,32 triliun di reguler market.
Melihat hal tersebut, CGS-CIMB memperkirakan IHSG berpotensi bergerak sideways cenderung melemah dengan resistance 6.832-6.851, dan support 6.800-6.743. Dengan saham rekomendasinya ialah ANTM, CPIN, BTPS, BBNI, TOWR, dan JSMR.
(fad)