Daryna Krasnolutska - Bloomberg News
Bloomberg, Peneliti Ukraina mengatakan mereka telah menemukan komponen yang diproduksi perusahaan Barat dalam rudal Korea Utara (Korut) yang digunakan Rusia untuk menyerang negara itu. Temuan ini menyoroti perlunya penegakkan pengawasan ekspor.
Dalam laporannya yang dirilis pada Kamis (17/10/2024), Komisi Anti-Korupsi Independen atau NAKO menemukan mikrokontroler, semikonduktor, dan elemen lain yang diproduksi oleh sedikitnya sembilan produsen dalam rudal KN-23/24 Korut.
Menurut organisasi non-pemerintah tersebut, rudal itu ditembak jatuh pada 7 September 2024 di atas wilayah Poltava di Ukraina bagian tengah.
Viktoria Vyshnivska, peneliti senior NAKO, mengatakan komponen-komponen Barat itu mencakup sirkuit terpadu yang penting untuk sistem navigasi dan komunikasi rudal.
"Semua suku cadang yang dianalisis berada di bawah pengawasan ekspor," katanya pada konferensi pers di Kyiv, Kamis.
Bloomberg melaporkan pada awal Oktober, Rusia masih memperoleh komponen-komponen penting dari Barat untuk membuat rudal yang digunakannya untuk menyerang warga sipil, infrastruktur energi dan perdagangan Ukraina. Padahal sanksi yang didapat Rusia terus bertambah untuk mencegah transfer teknologi tersebut.
Sebagian besar komponen dalam rudal yang dianalisis NAKO diproduksi oleh perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS), yakni Analog Devices Inc dan Broadcom Inc. Namun, beberapa komponen lainnya dibuat oleh TRACO Electronic AG asal Swiss, XP Power Ltd asal Inggris, dan NXP Semiconductors NV asal Belanda.
Analog Devices, Broadcom, dan NXP mengatakan mereka tidak menjual komponen apa pun ke Korut. Meski begitu, mereka mengklaim bekerja sama dengan pihak berwenang untuk meningkatkan kepatuhan guna mencegah pengalihan produk mereka secara ilegal.
Broadcom menambahkan bahwa komponen-komponen tersebut sering dipalsukan. XP Power dan Traco Power tidak segera merespons permintaan komentar atas laporan ini.
Vladyslav Vlasyuk, Komisioner Kebijakan Sanksi Presiden Ukraina, mengatakan keberadaan mikroelektronika dari Barat merupakan "kabar buruk" lantaran Korut telah lama berada di bawah sanksi.
"Kerja sama ilmiah dan industri antara Korut, Rusia, Iran, dan mungkin beberapa rezim teroris lainnya semakin meningkat," kata Vlasyuk pada acara tersebut. "Mereka saling bertukar insinyur dan teknologi."
Rusia menambahkan rudal Korut ke dalam gudang persenjataannya akhir tahun lalu. Penggunaan senjata itu menyebabkan jatuhnya korban sipil dan menghancurkan infrastruktur penting di Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy telah memberi peringatan tentang meningkatnya dukungan Pyongyang terhadap perang Moskow.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengadakan pertemuan keamanan darurat kemarin (18/10/2024) untuk membahas pengerahan pasukan tempur Korut guna membantu perang Rusia di Ukraina.
(bbn)