Logo Bloomberg Technoz

Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Jumat (18/10/2024), Al-Hayya bilang ia akan mengambil peran kepemimpinan, setidaknya sebagai pelaksana tugas. Ia berjanji menggunakan pembunuhan Sinwar oleh Israel sebagai motivasi untuk terus berjuang.

Ia mengatakan para sandera "tidak akan kembali kepada kalian kecuali agresi di Gaza berhenti." "Israel harus menarik diri dari Gaza dan tahanan Palestina di penjara Israel harus dibebaskan," ungkapnya.

Serangan terkini antara Hamas dan Israel. (Bloomberg)

"Kami akan menepati janji kami kepadamu Abu Ibrahim dan panji-panjimu tidak akan jatuh," kata Al-Hayya, merujuk pada Sinwar sebagaimana ia dikenal luas.

Meskipun Al-Hayya lebih dipandang sebagai pemimpin politik, ia masih dianggap sebagai bagian dari tim militer yang bermarkas di Gaza yang bekerja sama dengan Iran dan mendalangi serta mengeksekusi serangan pada 7 Oktober.

"Mereka yang memimpin pertempuran adalah anggota sayap yang dekat dengan Iran dan berhubungan langsung dengannya," kata Hassan Abu Haniyeh, ahli dan komentator Islam militan yang berbasis di Yordania.

Abu Haniyeh mengatakan Hamas mungkin memilih untuk tidak segera mencalonkan Al-Hayya sebagai penerus resmi agar Israel tidak langsung menjadikannya sebagai sasaran.

Hamas telah memerangi Israel di Gaza sejak serangan 7 Oktober lalu di bagian selatan negara itu, yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Kampanye Israel selanjutnya telah menewaskan lebih dari 42.000 orang, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza, dan menghancurkan wilayah Palestina.

Perang tersebut baru-baru ini menyebar ke Lebanon, tempat Israel melancarkan serangan terhadap Hizbullah, kelompok lain yang didukung Iran, setelah setahun saling serang dengan tembakan roket di perbatasan. Baik Hamas maupun Hizbullah dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS dan negara-negara lain.

Pengaruh Iran

Pengangkatan Al-Hayya ke kursi kepemimpinan dapat dimanfaatkan Iran untuk keuntungannya sendiri, terutama setelah Hamas dan Hizbullah—komponen utama dari yang disebut poros perlawanan Teheran—telah dihantam habis-habisan oleh Israel, menurut Jane Kinninmont, direktur kebijakan dan dampak di European Leadership Network.

Israel membunuh pemimpin lama Hizbullah, Hassan Nasrallah, di Beirut bulan lalu, bersama banyak anggota senior lainnya.

"Saya pikir secara umum posisi Iran melemah, tetapi Iran akan mencari kartu-kartu untuk bisa dimainkan, jadi mungkin mereka ingin bisa memengaruhi negosiasi penyanderaan apa pun," ujarnya. "Ada begitu banyak upaya untuk memutarbalikkan apa yang terjadi."

Presiden AS Joe Biden dan sekutu-sekutu Barat berusaha untuk menjadikan kematian Sinwar sebagai akhir perang di Gaza. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras untuk terus berperang.

Israel telah lama bersumpah untuk menghancurkan Hamas sepenuhnya dan menyelamatkan semua sandera yang tersisa, di mana sekitar 100 orang di antaranya diyakini masih hidup dan ditawan.

"Misi di hadapan kita belum selesai," kata Netanyahu pada Kamis malam.

Meskipun pembunuhan Sinwar di Gaza selatan dipastikan sebagai pukulan telak bagi Hamas, gerakan ini akan berusaha menjadikan mantan pemimpinnya sebagai ikon perlawanan untuk memperkuat perekrutan dan posisi mereka di wilayah tersebut, kata para ahli Timur Tengah.

"Dia seperti orang mati yang berjalan dan Hamas mengetahuinya. Keadaan ini sudah diperkirakan Hamas," kata Oraib al-Rantawi, direktur Pusat Studi Politik Al-Quds di Amman, yang bertemu dengan para pemimpin Hamas di Qatar beberapa hari sebelum pembunuhan Sinwar. "Tentu saja ada keterkejutan, tetapi Hamas tahu Sinwar ada di daftar teratas target Israel."

Dia menambahkan bahwa pembunuhan Sinwar kemungkinan akan menjadi "inspirasi bagi seluruh generasi."

Lokasi Al-Hayya di Doha akan membuatnya menjadi target yang lebih sulit daripada Sinwar, menurut Kinninmont. "Lebih masuk akal jika ada orang yang berada di luar [Palestina]," katanya. "Saya kira saat ini Anda tidak dapat menyingkirkan apa pun, tetapi saya tidak berpikir Israel akan membunuh seorang pemimpin di Qatar."

Kematian Sinwar dapat mengangkat dua tokoh lapangan di Gaza: saudara laki-lakinya Mohammed, yang merupakan tangan kanannya, dan Izz al-Din Haddad, kepala militer untuk wilayah utara.

Para pendukung Hamas, Iran dan poros perlawanan telah menjadikan Sinwar sebagai pahlawan perang melawan Israel, mengingat cara dia terbunuh. Sinwar hidup dan mati dengan cara yang "luar biasa", kata Dima Tahboub, anggota parlemen Yordania dari Partai Front Aksi Islam yang beraliansi dengan Hamas, mengunggahnya di X.

Dia akan terus mewujudkan "gerakan perlawanan yang luar biasa sampai pembebasan," katanya.

(bbn)

No more pages