Logo Bloomberg Technoz

IMF memperingatkan minggu ini bahwa utang publik global akan mencapai US$100 triliun atau 93% dari produk domestik bruto (PDB) global pada akhir tahun ini, didorong oleh AS dan China.

IMF juga melihat pertumbuhan ekonomi masih kurang dari yang dibutuhkan negara-negara untuk menciptakan lapangan kerja, membayar utang yang signifikan, dan memenuhi kebutuhan investasi yang sangat besar, termasuk transisi ke energi bersih.

Georgieva berbicara saat para menteri keuangan dan pemimpin bank sentral dari hampir 200 negara bersiap berkumpul di Washington minggu depan untuk menghadiri pertemuan tahunan IMF, bersama dengan lembaga saudaranya, Bank Dunia.

Pertemuan tersebut berlangsung kurang dari dua minggu sebelum pemilihan presiden AS antara Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump. Para pemilih AS menempatkan ekonomi sebagai perhatian utama mereka—khususnya kenaikan harga-harga akibat inflasi yang melaju cepat dalam beberapa dekade sebelum diatasi oleh Federal Reserve (The Fed). 

Meskipun memuji tindakan The Fed terhadap inflasi, IMF dalam beberapa bulan terakhir ini bersikap sangat kritis terhadap AS, pemegang saham terbesarnya. Pada Juni, IMF memperingatkan pemerintahan Biden soal defisit yang terlalu besar, dampak dari terlalu banyak utang, dan bahaya dari kebijakan perdagangan yang semakin agresif.

IMF akan merilis pembaruan World Economic Outlook pada Selasa (22/10/2024). Pada Juli lalu, lembaga tersebut memprediksi pertumbuhan global sebesar 3,2% tahun ini dan 3,3% tahun depan.

Bloomberg Economics minggu ini memperkirakan PDB global akan tumbuh 3% tahun ini dan meningkat menjadi 3,2% pada tahun 2025.

Terlepas dari peringatan itu, Georgieva menilai bank sentral telah berhasil mengendalikan inflasi, kendala rantai pasokan telah berkurang, serta harga pangan dan energi telah menurun. Pasar tenaga kerja di AS dan Uni Eropa juga mengalami penurunan secara teratur, katanya, menyebut semua itu sebagai "pencapaian besar."

(bbn)

No more pages