Dalam kaitan itu, Sri Mulyani membeberkan fokus utama Prabowo dalam menjalankan pemerintahannya kelak yakni penguatan pada sisi ketahanan pangan dan ketahanan energi.
Ia turut menyatakan telah mendapatkan arahan dari Prabowo akan hal tersebut, termasuk bagaimana memitigasi dampak rambatan dari eskalasi geopolitik yang hingga kini masih meningkat.
“Kami melihat dinamika yang terjadi di global apakah politik dan keamanan seperti di Timur Tengah - Ukraina memberikan suasana ekonomi global dan bisa terjadi rambatannya ke dalam negeri,” terangnya.
Atas dasar itu, ia menyatakan bahwa Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan terus berkoordinasi untuk memitigasi dampak rambatan dari ketegangan geopolitik yang terjadi. “Kita KSSK terus akan mewaspadai,” katanya.
Ia juga menegaskan akan terus mengkalibrasi data-data perekonomian global dan domestik, agar kebijakan fiskal yang ditempuh ke depan dapat lebih berlandaskan kehati-hatian (prudent), suportif, dan mendorong pertumbuhan.
“Kami dengan moneter dan Pak Mahendra dari sisi intermediasi. Kita akan optimalkan bauran tiga institusi plus LPS memberikan keyakinan dari sisi jaminan tabungan maupun sekarang akan masuk ke polis [asuransi],” kata Sri Mulyani.
Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani juga berpamitan pada seluruh anggota KSSK yang terdiri atas Gubernur BI Perry Wajiyo, Kepala Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, dan Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa.
Ia menyebut pertemuan ini merupakan pertemuan terakhir dirinya sebagai Menteri Keuangan di pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Seperti diketahui, Sri Mulyani telah membeberkan dirinya diminta kembali menjabat sebagai Bendahara Negara oleh Prabowo.
“Jadi saya adalah Menkeu di bawah Pak Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Pak Ma’ruf Amin, kami sebagai ketua KSSK berterima kasih pada teman-teman KSSK. Kami berempat terus menerus berupaya menjaga sistem keuangan,” kata Sri Mulyani saat menutup konferensi pers.
(azr/lav)