Pada kuartal III 2024, dia menjelaskan stabilitas sistem keuangan sebenarnya sempat mereda dan masih terjaga, sejalan dengan meredanya tekanan di pasar keuangan global setelah pelonggaran kebijakan moneter dilakukan oleh berbagai negara utama, seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Hal ini merespons laju inflasi di berbagai negara utama yang menurun. Inflasi AS misalnya, diperkirakan mendekati sasaran 2% (year-on-year/yoy) di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi dan kecenderungan tingkat pengangguran yang masih relatif tinggi.
Perkembangan tersebut telah mendorong suku bunga acuan atau fed fund rate (FFR) dari The Fed dipangkas sebesar 50 bps ke level 4,75% hingga 5% pada bulan September 2024, dengan sinyal akan adanya pelonggaran lanjutan hingga akhir tahun 2024.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, imbal hasil obligasi AS atau yield US Treasury untuk tenor 2 tahun menurun signifikan, dan sekarang yield US Treasury tenor 2 tahun lebih rendah dari yield US Treasury tenor 10 tahun.
"Ini perkembangan yang baik karena sebelumnya yield jangka pendek lebih tinggi dibanding jangka panjang," tegas Sri Mulyani.
(lav)