Bloomberg Technoz, Jakarta - Kenaikan harga emas dunia di pasar spot hingga tak berhenti cetak rekor tertinggi sepanjang masa. Namun ironisnya performa saham-saham produsen atau penambang emas di Indonesia tidak ikut terangkat tinggi.
Dalam pantauan, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) salah satunya, harganya ‘Hanya’ menguat 0,31% ke posisi Rp1.625/saham pada Jumat (18/10/2024) siang.

Saham barang baku, yang menggawangi sejumlah saham emas bergerak tertekan 0,05%, atau jadi salah satu yang paling dalam pelemahannya pada perdagangan Jumat siang ini. Bersanding dengan saham-saham transportasi dengan melemah 0,45%.
Adapun pada perdagangan hari ini, saham emiten emas di BEI mengalami pelemahan di zona merah yang geraknya berseberangan jauh dengan harga emas dunia yang melesat hingga berhasil pecah rekor harga tertinggi sepanjang masa hingga menyentuh level US$ 2.711,98 per troy ounce di intraday, dan saat ini diperdagangkan di kisaran US$ 2.705,52 per troy ounce.
Selama sepekan, harga emas berhasil menguat mencapai 2%. Sementara selama sebulan, harganya melonjak nyaris 5% secara point-to-point.
Sepanjang 2024, harga emas sudah melonjak lebih dari 31,40%.

Adapun kenaikan harga emas dunia didorong oleh kegelisahan atas meningkatnya konflik di Timur Tengah usai kabar terbaru Israel mengklaim sudah menewaskan pemimpin Hamas Yahya Sinwar.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan negaranya akan terus berperang hingga seluruh sandera asal Israel dibebaskan oleh Hamas. Pernyataan itu datang meski Presiden Amerika Serikat Joe Biden ingin agar momentum ini menjadi titik untuk menuntaskan perang di Jalur Gaza.
Optimisme pemangkasan suku bunga acuan juga memicu kenaikan, The Fed memulai siklus pelanggarannya di bulan lalu menyulut pembelian Bank Sentral yang kuat juga telah menjadi pilar dukungan jangka panjang untuk harga emas.
Harapan akan pengguntingan suku bunga acuan, membuat harga emas berada dalam tren positif. Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset) sehingga diuntungkan saat suku bunga dipangkas.
Mengutip CME FedWatch tools, ada kemungkinan Federal Funds Rate bisa turun lagi pada November mendatang. Peluang pemangkasan 25 basis poin (Bps) menjadi 4,50–4,75% adalah 88,7%.
Pergerakan harga emas juga tak lepas dari persaingan Pemilu Presiden di Amerika Serikat yang begitu ketat ikut mendorong investor berbondong-bondong membeli emas sebagai tempat yang aman. Investor turut mereposisi portofolio menjelang Pemilu pada 5 November.
Emas adalah aset yang dipandang aman (Safe Haven). Permintaan emas cenderung naik saat terjadi ketidakpastian, termasuk persoalan geopolitik dan ekonomi.
Berikut pergerakan saham emas pada perdagangan Sesi II siang ini, Jumat (18/10/2024) berdasarkan data Bloomberg,
- PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) melesat 9,64% di posisi Rp364
- PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menguat 1,19% ke posisi Rp340
- PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menguat 0,31% ke posisi Rp1.625
- PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) flat di harga Rp312
- PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) melemah 0,78% di posisi Rp2.530
- PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) melemah 2,04% ke posisi Rp482
Padahal sejatinya kenaikan harga emas ini bisa mendatangkan keuntungan untuk emiten-emiten pertambangan dan/atau yang terkait dengan emas. Utamanya bagi mereka yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia. Baik secara langsung atau tidak, nantinya akan ikut meningkatkan angka pendapatan Perusahaan emiten emas.
Dalam jangka menengah, harga maupun permintaan emas masih berpeluang melanjutkan tren kenaikan kedepannya, juga sejalan dengan langkah Bank Sentral terkait suku bunga acuannya.

“Ini adalah poin data yang bagus,” ujar Bob Haberkorn, Ahli Strategi Senior di RJO Futures.
“Saya pikir The Fed ingin menurunkan suku bunga dan mereka mungkin akan menurunkan seperempat poin lagi setidaknya sebelum akhir tahun.”
Jika mencermati terhadap kacamata analisis teknikal, dengan time frame daily, ada kemungkinan harga bisa naik lagi menuju US$ 2.711. Apabila level resistance ini berhasil break dengan volume yang tinggi, maka resistance potensial harga emas selanjutnya menuju US$ 2.725.
Emas mantap di zona Bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 70,95.
Namun perlu diperhatikan, indikator Stochastic RSI sudah menyentuh 100. Sudah di atas 80, tergolong sangat jenuh beli (Overbought).
Oleh karena itu, risiko koreksi harga emas pun ikut meningkat (High Risk). Cermati pivot point di US$ 2.690. Jika tertembus, target support terdekat ada di rentang US$ 2.683 sampai dengan US$ 2.678.
(fad/hps)