Wijayanto menjelaskan, sepanjang periode reformasi terdapat 15 menteri menjadi tersangka kasus korupsi. Dari 15 menteri tersebut, 11 diantaranya atau 73,3% merupakan menteri berlatar belakang partai politik.
Kecenderungan menteri yang berlatar belakang partai politik terlibat kasus korupsi, lanjut Wijayanto, diduga akibat tiga faktor utama yakni mahalnya biaya politik, penugasan dari partai untuk mencari dana, hingga karakter politisi yang kerap ‘mengambil risiko’.
“Pengungkapan kasus korupsi umumnya terlambat beberapa tahun setelah kejadian, sehingga ada kemungkinan terjadi penambahan jumlah Menteri periode Jokowi menjadi tersangka korupsi di masa mendatang,” tegas Wijayanto.
Menteri Ekonomi Era Jokowi Berbeda Pandangan dengan Prabowo
Ekonom sekaligus Direktur Celios Bhima Yudhistira menilai Prabowo saat ini mulai berpikir rasional untuk tidak mengejar pertumbuhan ekonomi 8% dalam masa pemerintahannya kelak.
“Jadi tim-tim ekonominya ini kan tim ekonomi yang sudah punya resep sebelumnya era Jokowi dan gagal mendeliver pertumbuhan ekonomi janji Jokowi 7%,” kata Bhima kepada Bloomberg Technoz, dikutip Jumat (18/10/2024).
Berikutnya, Bhima menilai sederet Menteri Ekonomi era Jokowi yang digadang-gadang lanjut ketika Prabowo menjabat kerap mengeluarkan kebijakan pro impor, bertolak belakang dengan misi Prabowo yang cenderung proteksionisme .
“Nah ini sepertinya masih akan terus berlanjut ya, ada Zulkifli Hasan disana, ada Airlangga juga. Ini adalah kebijakan-kebijakan yang sebenarnya tidak sesuai dengan arahan dari Prabowo yang cenderung proteksionisme,” jelas Bhima.
Bhima memberikan contoh, dalam tiga pemilu yang pernah diikuti Prabowo hampir seluruh visi-misi Prabowo cenderung proteksionis atau ingin berupaya mengurangi ketergantungan impor RI.
Namun wacana tersebut menurutnya terancam gagal, sebab ia memandang Menteri-Menteri Ekonomi era Jokowi telah menunjukan sinyal bahwa kebijakan proteksionisme yang berlebihan dapat ‘mengecewakan’ mitra dagang RI khususnya China.
“Karena Indonesia ini butuh China untuk bisa mendorong [perekonomian], investasi terutama. Jadi ada semacam threat of disitu. Jadi Prabowo tidak berani bermain api dengan melakukan proteksionisme,” tutur Bhima.
Sebagai informasi, Berdasarkan catatan Bloomberg Technoz, Prabowo telah memanggil sebanyak 49 nama pada hari Senin lalu, sementara pada Selasa, Prabowo memanggil 59 nama yang kabarnya menjadi calon wakil menteri (Wamen) dan calon kepala lembaga negara. Dari banyaknya nama tokoh tersebut, terdapat sejumlah menteri bidang ekonomi Jokowi.
Pada hari Senin, Menteri-menteri Ekonomi Jokowi terpantau hadir ke kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara Nomor 4, Jakarta. Beberapa tokoh tersebut diantaranya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang.
Selanjutnya, Sekjen Kementerian Perdagangan Budi Santoso, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, dan Menteri BUMN Erick Thohir.
Masih dalam hari yang sama, sederet tokoh ekonomi juga masih mendatangi kediaman Prabowo yakni, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, hingga Menteri Investasi/BKPM Rosan Roeslani.
Pada hari berikutnya yakni Selasa (15/10/2024) terdapat sederet tokoh ekonomi yang dipanggil oleh Prabowo ke kediamannya, beberapa tokoh ini dikabarkan menjadi calon wakil menteri (Wamen) dan calon kepala lembaga negara.
Tokoh yang hadir antara lain: Wamen Investasi Yuliot Tanjung, Wamen BUMN Kartika Wirjoatmodjo, Dirut InJourney Dony Oskaria, Wamenkeu II Thomas Djiwandono, dan Wamenkeu I Suahasil Nazara.
(azr/lav)