Logo Bloomberg Technoz

BUMI Mau Hilirisasi Batu Bara Jadi Metanol, Prospektif?

Dovana Hasiana
18 October 2024 10:10

Coal falls through a sorting grate at a coal mine. Photographer: Waldo Swiegers/Bloomberg
Coal falls through a sorting grate at a coal mine. Photographer: Waldo Swiegers/Bloomberg

Bloomberg Technoz, Jakarta – Ekonom Energi dari Universitas Padjadjaran Yayan Satyakti mengatakan metanol, yang salah satu merupakan produk penghiliran atau hilirisasi batu bara, memiliki permintaan yang besar di Indonesia. Proyek tersebut saat ini tengah dikaji oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI).

Yayan mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS), yang menyebut kebutuhan metanol di Indonesia selalu dipenuhi dari impor. Maka, peluangnya sangat besar jika disubstitusi dengan produksi dari industri domestik.

“Sebetulnya besar [permintaan metanol] tetapi harus disertai industri petrokimia dan kimia, karena batu bara ini sebagai bahan input komplementer,” ujar Yayan kepada Bloomberg Technoz, dikutip Jumat (18/10/2024).

Merujuk data BPS, Yayan mengatakan, volume impor metanol di Indonesia adalah 582.099 ton pada 2018. Volume itu meningkat 25,33% secara tahunan atau year on year (yoy) dibandingkan dengan 464.466 ton pada 2017. 

Aktivitas penambangan PT Bumi Resources Tbk (Dok bumiresources.com)

Menurut catatan Kementerian Perindustrian, kebutuhan metanol di Indonesia mencapai 1,1 juta ton per 2019. Sementara itu, Indonesia hanya memiliki satu produsen metanol, yaitu PT Kaltim Methanol Industri di Bontang, dengan kapasitas sebesar 660.000 ton per tahun.