Investor kini berharap anggota parlemen China akan menyetujui anggaran tambahan atau penjualan utang untuk mendanai belanja publik pada pertemuan mendatang setelah otoritas menjanjikan stimulus fiskal.
Beragam langkah tersebut mendorong reli saham bersejarah hingga membuat bank-bank, termasuk Goldman Sachs Group Inc, menaikkan perkiraan pertumbuhan China. Namun, skeptisisme telah berkembang mengenai apakah otoritas bersedia mengerahkan kekuatan fiskal yang lebih besar untuk membalikkan keadaan ekonomi dan pasar.
Pasar saham telah mengalami pasang surut, indeks acuan CSI 300 melonjak ke level tertingginya sejak Juli 2022 pada awal Oktober, sebelum turun sekitar 10% sejak saat itu.
Indikator utama lainnya menunjukkan peningkatan yang luas di berbagai sektor ekonomi pada September:
- Produksi industri naik 5,4% dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan perkiraan ekonom sebesar 4,6% pertumbuhan
- Penjualan ritel naik 3,2%, mengalahkan proyeksi kenaikan 2,5%
- Investasi aset tetap meningkat 3,4% dalam sembilan bulan pertama, dibandingkan dengan kenaikan 3,3% yang diharapkan para ekonom. Sektor properti terus menyusut, dengan investasi anjlok 10,1% dalam sembilan bulan pertama.
- Tingkat pengangguran perkotaan turun menjadi 5,1% dari 5,3% pada Agustus.
Data yang dirilis sebelum Jumat menunjukkan gambaran suram pertumbuhan pada September. Ekspor melambat tajam, menghambat pemulihan perdagangan yang menjadi titik terang bagi perekonomian.
Tekanan deflasi terus meningkat, harga konsumen masih lemah dan harga pabrik turun selama 24 bulan berturut-turut.
Presiden Xi Jinping meminta pejabat pemerintah untuk "melakukan segala upaya" pada kuartal keempat untuk membantu perekonomian mencapai target pertumbuhan tahunannya sekitar 5%, media pemerintah melaporkan pada Rabu. Sudah kedua kalinya dalam sekitar sebulan Xi mendesak para pejabat untuk mengejar pertumbuhan ekonomi.
Para ekonom telah mendesak Beijing untuk meningkatkan belanja konsumen untuk menghindari spiral penurunan harga, yang bisa berisiko pada siklus penurunan belanja, penyusutan pendapatan bisnis, dan hilangnya pekerjaan.
Namun, otoritas enggan segera meningkatkan konsumsi dengan stimulus langsung atau pemberian bantuan dalam skala besar, yang telah lama ditolak Xi karena kekhawatiran atas yang disebutnya "kesejahteraan".
Kemerosotan sektor properti dalam tahun keempat telah merusak pilar pertumbuhan dan membebani sentimen. Beijing berupaya menghentikan penurunan sektor properti dengan serangkaian kebijakan, termasuk janji untuk melipatgandakan kuota kredit proyek-proyek perumahan indent.
Langkah-langkah tersebut gagal memenuhi ekspektasi pasar, sehingga saham-saham properti melemah karena investor mencari respons yang lebih kuat untuk menarik sektor tersebut keluar dari kelesuan.
(bbn)