Berikut 10 saham dengan angka net buy tertinggi yang paling jadi incaran akumulasi oleh investor asing selama perdagangan Kamis (17/10/2024):
- PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp344,69 miliar
- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp323,75 miliar
- PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Rp222,73 miliar
- PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp109,06 miliar
- PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Rp70,96 miliar
- PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp61,33 miliar
- PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) Rp60,6 miliar
- PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) Rp57,89 miliar
- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp53,72 miliar
- PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Rp50,78 miliar
Sedang, investor asing mencatat net sell yang besar pada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencapai Rp191,09 miliar. Berseberangan jauh dengan tekanan jual, saham BBRI tetap solid menguat mencapai 0,61% ke posisi Rp4.980/saham.
Berikut 10 saham dengan angka net sell tertinggi oleh investor asing selama perdagangan kemarin, Kamis (17/10/2024):
- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp191,09 miliar
- PT Jasa Marga Tbk (JSMR) Rp19,55 miliar
- PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) Rp18,95 miliar
- PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) Rp16,71 miliar
- PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) Rp14,79 miliar
- PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Rp14,06 miliar
- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Rp13,89 miliar
- PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) Rp13,87 miliar
- PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) Rp11,26 miliar
- PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) Rp9,96 miliar
Bank Indonesia mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur edisi Oktober 2024. Sesuai dengan perkiraan pasar, Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat memutuskan untuk mempertahankan BI Rate.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15–16 Oktober 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di posisi 6%, suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
Keputusan ini senada dengan perkiraan pasar. Konsensus 41 Analis/Ekonom yang dihimpun Bloomberg menghasilkan median 6% untuk BI Rate.
Keputusan ini guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Fokus kebijakan moneter jangka pendek pada stabilitas nilai tukar Rupiah karena meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
“Fokus kebijakan moneter pada jangka pendek ini pada stabilitas nilai tukar rupiah karena meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global,” jelas Perry.
(fad/aji)