Harris dan kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump telah menyatakan dukungan untuk Israel. Perang di Gaza yang masih berlangsung–dan meningkatnya kematian warga sipil Palestina–telah memecah belah Partai Demokrat, beberapa pihak menyerukan pemerintah untuk membatasi atau menghentikan penjualan senjata terkait krisis kemanusiaan tersebut.
“Saya akan selalu bekerja untuk menciptakan masa depan yang damai, bermartabat, dan aman bagi semua,” ujar Harris.
Pernyataan Harris mencuat beberapa menit setelah Presiden Joe Biden berencana untuk segera berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu “untuk memberikan selamat kepada Israel, membahas rencana pembebasan para sandera, dan mengakhiri perang Gaza untuk selamanya, yang telah menyebabkan begitu banyak kehancuran bagi orang-orang yang tidak bersalah.”
"Sekarang ada peluang untuk 'hari selanjutnya' di Gaza tanpa Hamas berkuasa, dan untuk penyelesaian politik yang memberikan masa depan yang lebih baik bagi warga Israel dan Palestina," kata Biden.
"Yahya Sinwar merupakan hambatan yang tidak dapat diatasi untuk mencapai semua tujuan tersebut. Rintangan itu sudah tidak ada lagi."
Namun, sebelumnya Netanyahu mengatakan bahwa "misi" Israel di Gaza dan perang belum berakhir, yang menandakan bahwa permusuhan masih akan terus berlanjut.
Partai Republik telah memanfaatkan pertumpahan darah ini untuk menyatakan bahwa Trump akan lebih mampu meredakan konflik di seluruh dunia—dan menyindir Partai Demokrat atas perpecahan dalam koalisi elektoral mereka.
Di kampus University of Wisconsin-Milwaukee, Harris disambut oleh para pengunjuk rasa pro-Palestina. Sementara itu, wartawan tidak diizinkan untuk melihat interaksinya dengan para mahasiswa.
Partai Demokrat khawatir masalah ini dapat berdampak pada pemilihan di negara-negara bagian, seperti Michigan dan Minnesota, yang memiliki populasi Arab-Amerika begitu besar.
Lebih dari 100.000 pemilih dalam pemilihan pendahuluan calon presiden dari Partai Demokrat di Michigan—dan ratusan ribu lainnya di negara bagian lain—memilih mengirimkan delegasi yang “tidak berkomitmen” ke konvensi pencalonan partai untuk memprotes cara pemerintah AS dalam menangani konflik tersebut.
Gerakan tersebut gagal melobi agar seorang pembicara pro-Palestina ditambahkan ke agenda utama pertemuan yang disiarkan di televisi.
Awal bulan ini, Harris bertemu dengan para pemimpin Muslim dan Arab-Amerika di Michigan dalam pertemuan tertutup saat ia berusaha mengatasi kekhawatiran tentang dukungan AS terhadap Israel dalam perang yang masih sedang berlangsung.
(bbn)