IHSG menjadi sedikit dari sekian Bursa Asia yang menghijau sepanjang hari, bersama Straits Times (Singapura), SETI (Thailand), KLCI (Malaysia), dan TW Weighted Index (Taiwan), yang menguat masing-masing 0,96%, 0,67%, 0,54%, dan 0,19%.
Dengan itu, IHSG berhasil mencatat kenaikan tertinggi nomor satu dan teratas di Asia juga ASEAN, berdasarkan data Bloomberg, Kamis (17/10/2024).
Adapun IHSG menyusul gerak positif yang terjadi di New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, 3 indeks utama di Wall Street kompak berakhir di zona penguatan.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menetap di zona hijau dengan kenaikan 0,79% dan juga S&P 500 yang menguat 0,47%. Senada, Nasdaq Composite berhasil menguat lebih tinggi mencapai 0,28%.
Sementara Bursa Saham Asia lainnya parkir di zona lautan merah, i.a CSI 300 (China), Shanghai Composite (China), Hang Seng (Hong Kong), Nikkei 225 (Tokyo), SENSEX (India), Shenzhen Comp. (China), PSEI (Filipina), Topix (Jepang), dan Kospi (Korea Selatan), terpangkas masing-masing 1,13%, 1,05%, 1,02%, 0,69%, 0,58%, 0,56%, 0,49%, 0,11%, dan 0,04%.
Salah satu sentimen yang mewarnai laju Bursa Asia hari ini adalah datang dari kabar terbaru perihal stimulus China, dari Menteri Perumahan China dalam jumpa pers, Kamis.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, China akan melipatgandakan kuota pinjamannya untuk proyek-proyek properti yang masuk dalam ‘Daftar Putih’ yang nilainya mencapai 4 triliun yuan (Rp8.720 triliun).
Pemerintah akan meningkatkan kuota kreditnya dari 2,23 triliun yuan yang telah disalurkan pada 16 Oktober sebelumnya, sebagai bagian dari paket kebijakan yang diumumkan Menteri Perumahan Ni Hong, China.
Langkah-langkah tersebut sejatinya gagal memenuhi ekspektasi pasar. “Para pembuat kebijakan mengambil sikap yang lebih pragmatis terhadap sektor properti,” kata Bruce Pang, Ekonom Greater China di Jones Lang LaSalle Inc.
Ni Hong mengatakan pasar perumahan China mulai menemukan titik terendahnya dan Pemerintah yakin dapat menghentikan kelesuan di pasar real estat.
China juga mempertimbangkan akan mengizinkan Bank untuk menerbitkan pinjaman guna membeli tanah kosong untuk properti, dan meningkatkan bantuan perumahan yang terjangkau bagi keluarga dengan dua anak atau lebih.
Pengumuman hari ini menyusul berbagai kebijakan Pemerintah sebelumnya untuk membantu ekonomi terbesar kedua di dunia ini mencapai target pertumbuhan di angka 5% tahun ini.
Pada September kemarin, China meluncurkan paket stimulus untuk menopang pasar properti yang lesu, termasuk di dalamnya memangkas biaya pinjaman hingga US$5,3 triliun dalam bentuk kredit perumahan dan melonggarkan aturan pembelian rumah kedua.
“Beijing sedang mengalami kemajuan dalam merestrukturisasi utang dan menghidupkan kembali kepercayaan swasta, reflasi dan penyeimbangan kembali dengan stimulus konsumsi diperkirakan akan berjalan lambat dan tidak mulus,” mengutip catatan Ekonom Morgan Stanley, Robin Xing.
Agenda penting berikutnya adalah pertemuan badan legislatif tertinggi China—Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional—di penghujung bulan ini atau awal November karena Anggaran Fiskal Tambahan atau kuota Obligasi akan memerlukan persetujuan mereka.
(fad/wep)